Banyak orang yang nggak berani untuk menikah karena alasan ekonomi. Takut ntar keluarganya tidak bisa dinafkahi. Ada juga orang yang sudah waktunya menikah tetapi masih senang dengan kelajangannya. Masih merasa enjoy walaupun sudah siap secara usia, fisik dan kemampuan. Dan masih banyak alasan lain sehingga banyak orang sampai usia tua belum juga menikah.
Apakah anda termasuk yang aku sebutkan diatas ? Tulisan ini tidak membahas hal tentang orang yang terlambat menikah karena sebab masing-masing … huee. huee hueee… tetapi membahas indahnya menikah usia dini…
Banyak orang yang menganggap menikah usia dini nggak baik kedepannya. Alasannya karena belum matang secara psikologi dan juga ekonomi. Tapi apakah selalu begitu ?
Mari kita lihat salah satu prinsip hidup ini : Bahwa Nabi SAW telah menginformasikan kepada kita bahwa :
1. Allah bersama prasangka hambaNya, jika baik maka Allah akan baik kepada hamba dan sebaliknya jika prasangka hambanya buruk, maka akan dikabulkan keburukan untuk hamba itu
2. Pernikahan yang tujuannya bukan karena agama, maka tidak akan diberkahi dan akan berlangsung dengan penuh ketidak bahagiaan.
Nah dari dua hal itu terbukti, bahwa orang yang menikah atau menikahkan karena tujuan selain agama, maka keberlangsungan hidup rumah tangga sama persis seperti yang dibayangkan. Jika tidak siap ekonomi maka rumah tangga akan banyak kekurangan. Jika tidak siap psikologi atau kedewasaan maka rumah tangga akan sering banyak masalah karena keburukan watak masing-masing. Dan contoh-contoh lain.
Tapi jika nikah itu dilandaskan kepada agama, bahwa pernikahan itu bertujuan untuk ibadah dan menjaga serta memperkuat agama, maka kebahagiaan akan didapatkan sebagai janji Allah SWT kepada kita. Dalam kondisi apapun, rumah tangga akan selalu bahagia. Dalam senang akan banyak bersyukur yang akan berbuah pahala dan ditambahnya nikmat dan rejeki, dalam kekurangan dan kesusahan akan dianggap sebagai penguji kesabaran dan keimanan yang akan berbuah pahala kesabaran dan peningkatan keimanan.
Wah pokoknya kalo niatnya ibadah, ibarat makan cuma mie dan ikan asin, rumah cuma gubuk kecil yang dekil semua itu tidak akan dirasakan sebagai kesusahan, karena hidup di dunia hanya sementara saja.
Dengan keimanan yang tinggi, rumah tangga yang dikaruniai harta melimpah ruah, juga akan mendapatkan ketenangan, tidak akan takut hartanya hilang dan berkurang, karena selalu menabung untuk negeri akherat. Harta yang akan disedekahkan yakin akan diganti 700 kali lipat baik langsung atau sebagai tabungan negeri akherat
Coba kalo dari awal prinsip ini dipegang oleh mereka yang sudah ingin menikah, usia berapapun asal punya niatan nikah sebagai ibadah, maka kebahagiaan yang akan dicapai.
Pembatasan usia dalam pernikahan yang diterapkan di Indonesia aku anggap sebagai wujud usaha menjaga kebahagiaan manusia, tetapi secara dunia saja sehingga masih juga terjadi ketidak harmonisan.
Yuuuk menikah…. (bagi yang belum segerakanlah…) Tunggu apa lagi..kalah sama jangkrik,,krik..
Note My Best Friend (NSS)
Jika Bukan Kamu sendiri Yang mengalahkannya, Maka kamu sendiri yang akan terbunuh oleh Waktu
Sabtu, 23 Oktober 2010
Nikah Dulu Trus Pacaran
Tema
Renungan
Tak terucapkan oleh kata-kata, tak bisa diungkapkan dengan tulisan…. pokoknya indah banget… mau ngapain aja sudah sah… oh indahnya….
Siapa sih yang tak ingin merasakan kebahagiaan setelah menikah.. sepertinya gak ada deh orangnya kecuali dia emang ada niat lain dalam pernikahannya. Semua orang pasti ingin bahagia dunia dan akherat.
Saat pertama pegang tangannya… jantung berdebar kenceng… bahagia… terasa lembut sekali rasanya… oh indahnya..
Saat tatap matanya yang berbinar-binar.. kemudian ia tersenyum manis dan tersipu malu..
Saat kugandeng tangannya ketika perjalanan, rasanya tak ingin lepas pegangan itu dan rasanya tak ingin cepat berlalu..
Saat makan sepiring berdua, walau makanan cuma semur jengkol enak tapi rasanya jadi enak sekali…
Dunia terasa indah dan luas. Tidak ada saat yang membahagiakan selain dengan dia…
Tidak ada rasa bersalah karena belum ada ikatan resmi, tidak ada rasa berdosa karena dia telah menjadi istriku… tak ada rasa khawatir
pokoknya udahlah… banyak sekali kebahagiaan setelah menikah…
Makanya bagi Anda yang belum menikah, cepatlah menikah. Jika anda sudah mampu, sudah ingin sekali menikah, maka segeralah menikah.
Ketika hati sudah rindu untuk memiliki pendamping, kala jiwa merasa sepi dikeramaian, ketika malam susah tidur, saat itulah anda sudah saatnya menikah. Janganlah ditunda.
Tapi jika si dia gak mau / belum siap maka itulah akibat pacaran. Karena itu janganlah berpacaran. Alasan orang berpacaran cuma untuk berkenalan lebih jauh, tetapi kerugian akibat pacaran tidak sebanding dengan hasil untuk mengatahui seperti apa dia sebenarnya.
Hati gelisah tiap saat, rindu yang menggebu, cemburu tanpa hak. Apalagi kalau dihianati… sakit hati, kecewa, marah bahkan bisa dendam. Jika seseorang berpacaran dan dia dihianati, tak ada yang bisa dilakukan selain marah dan kecewa. Tidak bisa menuntut karena dia bukan milik yang syah.
Apalagi kalau putus cinta.. berapa harta yang harus dikorbankan, harta benda mungkin tak ada artinya selama ini, tapi harta berupa kebersihan jiwa dari perasaan sakit hati, tak akan bisa terobati. Harta benda mungkin bisa dicari dan dikembalikan, tapi sakit hati siapa yang bisa memberikan penawarnya.
Anda dia yang berhianat kembali dan berjanji untuk setia, apakah anda masih 100% mempercayainya, apakah masih utuh ketulusan hati mencintainya, apakah cinta dia masih sepenuhnya untuk kita sementara pernah ada orang lain bersemayam di hatinya.
Apakah anda rela menerima dia yang dalam hatinya pernah ada orang lain ?
Segerakanlah menikah… tapi jangan pacaran. Anda bisa berkenalan dengan cara yang lain. Jadikanlah agama sebagai pedoman nomor 1 dan yang nomor 2 adalah dia mencintaimu karena agama dalam menikah.
Jika kau menikah karena harta, apakah harta itu miliknya, apakah harta itu yang akan membuat kebahagiaan. Sekarang kaya siapa yang tahu besok akan jadi miskin. Sekarang miskin siapa yang tahu besok akan kaya. Tapi agama dan jiwa yang baik tidak akan luntur begitu saja.
Jika kau menikah karena pangkat dan jabatan, apakah pangkat dan jabatan itu akan kekal. Siapa yang tahu kalau besok pangkat dan jabatan itu akan hilang.
Menikahlah karena agamanya. Percayalah apapun kondisinya, kaya/miskin jika masing-masing punya agama yang kuat.. insya Alloh pasti bahagia..sok ojo cengar-cengir bae..mak nyuuuusss...
Catatan My Best Friend (NSS)
Siapa sih yang tak ingin merasakan kebahagiaan setelah menikah.. sepertinya gak ada deh orangnya kecuali dia emang ada niat lain dalam pernikahannya. Semua orang pasti ingin bahagia dunia dan akherat.
Saat pertama pegang tangannya… jantung berdebar kenceng… bahagia… terasa lembut sekali rasanya… oh indahnya..
Saat tatap matanya yang berbinar-binar.. kemudian ia tersenyum manis dan tersipu malu..
Saat kugandeng tangannya ketika perjalanan, rasanya tak ingin lepas pegangan itu dan rasanya tak ingin cepat berlalu..
Saat makan sepiring berdua, walau makanan cuma semur jengkol enak tapi rasanya jadi enak sekali…
Dunia terasa indah dan luas. Tidak ada saat yang membahagiakan selain dengan dia…
Tidak ada rasa bersalah karena belum ada ikatan resmi, tidak ada rasa berdosa karena dia telah menjadi istriku… tak ada rasa khawatir
pokoknya udahlah… banyak sekali kebahagiaan setelah menikah…
Makanya bagi Anda yang belum menikah, cepatlah menikah. Jika anda sudah mampu, sudah ingin sekali menikah, maka segeralah menikah.
Ketika hati sudah rindu untuk memiliki pendamping, kala jiwa merasa sepi dikeramaian, ketika malam susah tidur, saat itulah anda sudah saatnya menikah. Janganlah ditunda.
Tapi jika si dia gak mau / belum siap maka itulah akibat pacaran. Karena itu janganlah berpacaran. Alasan orang berpacaran cuma untuk berkenalan lebih jauh, tetapi kerugian akibat pacaran tidak sebanding dengan hasil untuk mengatahui seperti apa dia sebenarnya.
Hati gelisah tiap saat, rindu yang menggebu, cemburu tanpa hak. Apalagi kalau dihianati… sakit hati, kecewa, marah bahkan bisa dendam. Jika seseorang berpacaran dan dia dihianati, tak ada yang bisa dilakukan selain marah dan kecewa. Tidak bisa menuntut karena dia bukan milik yang syah.
Apalagi kalau putus cinta.. berapa harta yang harus dikorbankan, harta benda mungkin tak ada artinya selama ini, tapi harta berupa kebersihan jiwa dari perasaan sakit hati, tak akan bisa terobati. Harta benda mungkin bisa dicari dan dikembalikan, tapi sakit hati siapa yang bisa memberikan penawarnya.
Anda dia yang berhianat kembali dan berjanji untuk setia, apakah anda masih 100% mempercayainya, apakah masih utuh ketulusan hati mencintainya, apakah cinta dia masih sepenuhnya untuk kita sementara pernah ada orang lain bersemayam di hatinya.
Apakah anda rela menerima dia yang dalam hatinya pernah ada orang lain ?
Segerakanlah menikah… tapi jangan pacaran. Anda bisa berkenalan dengan cara yang lain. Jadikanlah agama sebagai pedoman nomor 1 dan yang nomor 2 adalah dia mencintaimu karena agama dalam menikah.
Jika kau menikah karena harta, apakah harta itu miliknya, apakah harta itu yang akan membuat kebahagiaan. Sekarang kaya siapa yang tahu besok akan jadi miskin. Sekarang miskin siapa yang tahu besok akan kaya. Tapi agama dan jiwa yang baik tidak akan luntur begitu saja.
Jika kau menikah karena pangkat dan jabatan, apakah pangkat dan jabatan itu akan kekal. Siapa yang tahu kalau besok pangkat dan jabatan itu akan hilang.
Menikahlah karena agamanya. Percayalah apapun kondisinya, kaya/miskin jika masing-masing punya agama yang kuat.. insya Alloh pasti bahagia..sok ojo cengar-cengir bae..mak nyuuuusss...
Catatan My Best Friend (NSS)
Jodoh Nggak Usah Maksa
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)… (QS 24: 26)
Ini ayat yang secara gamblang menjelaskan bagaimana konsep jodoh secara hakiki. Artinya, hal ini bisa terjadi dalam kehidupan nyata, tapi juga ga selalu. Tinggal bagaimana realitas manusia dalam mengusahakannya menjadi nyata.
Satu hal yang penting adalah, kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk menjadi jodoh kita. Seolah kita yang paling paham, dialah jodoh paling tepat buat kita. Hal ini tidaklah baik karena itu berarti kita sudah memaksakan sesuatu yang menjadi ketetapan dari Allah.
Akibat dari “pemaksaan jodoh” ini sangat buruk. Kita bisa tenggelam dalam apa yang banyak orang disebut “jatuh cinta” plus “cinta buta”. Segala sesuatu menjadi dilakukan hanya untuknya. Beraktivitas, beribadah, bahkan berdoa, selalu hanya untuknya. Entah sekedar mendoakan kebaikan untuknya, sampai mendoakan dia menjadi jodoh kita (ini juga termasuk bentuk pemaksaan itu tadi). Berdoa yang benar seharusnya menyerahkan sepenuhnya pada Allah. “Jika dia berjodoh denganku, maka dekatkanlah. Jika tidak, maka berikan dari sisi-Mu yang lebih baik.”
Kalau kita memaksakan seseorang menjadi jodoh kita, pokoknya kalau bukan dia, tidak jadi, maka ini akan menyebabkan hati kita menjadi berpenyakit. Bisa timbul prasangka buruk kepada Allah apabila keinginan kita tidak terpenuhi. Hati jadi kecewa. Bahkan dalam banyak kasus sampai bunuh diri. Ini adalah akibat terlalu berlebihan dalam mencintai seseorang, sehingga cinta terhadap Sang-Pencipta-perasaan itu sendiri malah lenyap.
Yang lebih penting adalah, kita berusaha untuk menjadi yang ‘baik-baik’ itu tadi, sehingga Allah menghadiahi kita jodoh yang selevel dengan kita, insya Allah. Sebaliknya kalau kita memang tidak mau berusaha keras mengubah diri menjadi lebih baik, ya mungkin jodohnya memang pantasnya yang sedemikian itu pula bagi kita. Lagipula, secara nalar, mana mau calon kita yang super-lebih-baik (di mata kita) itu punya jodoh seperti kita. Kitanya ga akan kuat, dan dianya juga normalnya ga akan pernah mau berdampingan dengan kita (kecuali kalau dia bisa mengubah kita).
Dan masalah lain, jangan sampai kita merasa yang paling tahu kriteria ‘baik-baik’ itu. Karena tentu saja yang paling tahu makna ‘baik-baik’ itu pasti hanya Allah. Dengan demikian, kita harus cari tahu kriteria-kriteria apa yang menurut Allah ‘baik-baik’, sehingga Allah mau memberikan yang ‘baik-baik’ juga untuk kita. Ini tiada lain hanya bisa diketahui dengan menuntut ilmu, terutama ilmu-ilmu agama. Tidak mungkin Allah menginginkan seseorang menjadi baik melainkan dengan memahamkannya dalam ilmu agama.
Sesungguhnya apabila Allah menghendaki kebaikan dalam kehidupan seseorang, ia akan difahamkan dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (H.R. Imam Bukhori)
…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama... (QS 35: 28)
Ulama di sini adalah dari para hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu, yang memahami kebesaran dan kekuasaan Allah.. (Tafsir Ibnu Katsir)
Di satu sisi, kita harus menjadi ‘baik-baik’ sesuai kriteria-Nya, dan di sisi lain, kita juga harus sadar sepenuhnya kelak, bahwa insya Allah yang menjadi pendamping kita itu juga sudah merupakan yang ‘baik-baik’ menurut Allah.
…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS 2: 216)
Tidak ada seorang pun yang sempurna, pun jodoh kita kelak..
Wallahu a’lam..
(yang masih terus berusaha memperbaiki diri sendiri.. dan berharap bahwa perbaikan diri ini menjadi mahar yang paling berharga baginya (???)… kelak… insya Allah…)
Catatan My Best Friend (NSS)
Ini ayat yang secara gamblang menjelaskan bagaimana konsep jodoh secara hakiki. Artinya, hal ini bisa terjadi dalam kehidupan nyata, tapi juga ga selalu. Tinggal bagaimana realitas manusia dalam mengusahakannya menjadi nyata.
Satu hal yang penting adalah, kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk menjadi jodoh kita. Seolah kita yang paling paham, dialah jodoh paling tepat buat kita. Hal ini tidaklah baik karena itu berarti kita sudah memaksakan sesuatu yang menjadi ketetapan dari Allah.
Akibat dari “pemaksaan jodoh” ini sangat buruk. Kita bisa tenggelam dalam apa yang banyak orang disebut “jatuh cinta” plus “cinta buta”. Segala sesuatu menjadi dilakukan hanya untuknya. Beraktivitas, beribadah, bahkan berdoa, selalu hanya untuknya. Entah sekedar mendoakan kebaikan untuknya, sampai mendoakan dia menjadi jodoh kita (ini juga termasuk bentuk pemaksaan itu tadi). Berdoa yang benar seharusnya menyerahkan sepenuhnya pada Allah. “Jika dia berjodoh denganku, maka dekatkanlah. Jika tidak, maka berikan dari sisi-Mu yang lebih baik.”
Kalau kita memaksakan seseorang menjadi jodoh kita, pokoknya kalau bukan dia, tidak jadi, maka ini akan menyebabkan hati kita menjadi berpenyakit. Bisa timbul prasangka buruk kepada Allah apabila keinginan kita tidak terpenuhi. Hati jadi kecewa. Bahkan dalam banyak kasus sampai bunuh diri. Ini adalah akibat terlalu berlebihan dalam mencintai seseorang, sehingga cinta terhadap Sang-Pencipta-perasaan itu sendiri malah lenyap.
Yang lebih penting adalah, kita berusaha untuk menjadi yang ‘baik-baik’ itu tadi, sehingga Allah menghadiahi kita jodoh yang selevel dengan kita, insya Allah. Sebaliknya kalau kita memang tidak mau berusaha keras mengubah diri menjadi lebih baik, ya mungkin jodohnya memang pantasnya yang sedemikian itu pula bagi kita. Lagipula, secara nalar, mana mau calon kita yang super-lebih-baik (di mata kita) itu punya jodoh seperti kita. Kitanya ga akan kuat, dan dianya juga normalnya ga akan pernah mau berdampingan dengan kita (kecuali kalau dia bisa mengubah kita).
Dan masalah lain, jangan sampai kita merasa yang paling tahu kriteria ‘baik-baik’ itu. Karena tentu saja yang paling tahu makna ‘baik-baik’ itu pasti hanya Allah. Dengan demikian, kita harus cari tahu kriteria-kriteria apa yang menurut Allah ‘baik-baik’, sehingga Allah mau memberikan yang ‘baik-baik’ juga untuk kita. Ini tiada lain hanya bisa diketahui dengan menuntut ilmu, terutama ilmu-ilmu agama. Tidak mungkin Allah menginginkan seseorang menjadi baik melainkan dengan memahamkannya dalam ilmu agama.
Sesungguhnya apabila Allah menghendaki kebaikan dalam kehidupan seseorang, ia akan difahamkan dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (H.R. Imam Bukhori)
…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama... (QS 35: 28)
Ulama di sini adalah dari para hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu, yang memahami kebesaran dan kekuasaan Allah.. (Tafsir Ibnu Katsir)
Di satu sisi, kita harus menjadi ‘baik-baik’ sesuai kriteria-Nya, dan di sisi lain, kita juga harus sadar sepenuhnya kelak, bahwa insya Allah yang menjadi pendamping kita itu juga sudah merupakan yang ‘baik-baik’ menurut Allah.
…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS 2: 216)
Tidak ada seorang pun yang sempurna, pun jodoh kita kelak..
Wallahu a’lam..
(yang masih terus berusaha memperbaiki diri sendiri.. dan berharap bahwa perbaikan diri ini menjadi mahar yang paling berharga baginya (???)… kelak… insya Allah…)
Catatan My Best Friend (NSS)
Cinta Bukanlah Disalurkan Lewat Pacaran
Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin.
Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang, tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”
Dilihat dari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan (perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.
Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan
Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada laki–laki yang beriman : ”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24]: 30 )
Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman, “Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24]: 31)
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahromnya). Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.”
Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan, ”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahromnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.”
Lalu bagaimana jika kita tidak sengaja memandang lawan jenis?
Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770)
Agama Islam Melarang Berduaan dengan Lawan Jenis
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)
Jabat Tangan dengan Lawan Jenis Termasuk yang Dilarang
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)
Jika kita melihat pada hadits di atas, menyentuh lawan jenis -yang bukan istri atau mahrom- diistilahkan dengan berzina. Hal ini berarti menyentuh lawan jenis adalah perbuatan yang haram karena berdasarkan kaedah ushul “apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain yang haram, maka menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram”. (Lihat Taysir Ilmi Ushul Fiqh, Abdullah bin Yusuf Al Juda’i)
Meninjau Fenomena Pacaran
Setelah pemaparan kami di atas, jika kita meninjau fenomena pacaran saat ini pasti ada perbuatan-perbuatan yang dilarang di atas. Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua. Lalu berani berdua-duan di tempat yang sepi. Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman. Akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina. –Naudzu billahi min dzalik-. Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!
Mustahil Ada Pacaran Islami
Salah seorang dai terkemuka pernah ditanya, ”Ngomong-ngomong, dulu bapak dengan ibu, maksudnya sebelum nikah, apa sempat berpacaran?”
Dengan diplomatis, si dai menjawab,”Pacaran seperti apa dulu? Kami dulu juga berpacaran, tapi berpacaran secara Islami. Lho, gimana caranya? Kami juga sering berjalan-jalan ke tempat rekreasi, tapi tak pernah ngumpet berduaan. Kami juga gak pernah melakukan yang enggak-enggak, ciuman, pelukan, apalagi –wal ‘iyyadzubillah- berzina.
Nuansa berpikir seperti itu, tampaknya bukan hanya milik si dai. Banyak kalangan kaum muslimin yang masih berpandangan, bahwa pacaran itu sah-sah saja, asalkan tetap menjaga diri masing-masing. Ungkapan itu ibarat kalimat, “Mandi boleh, asal jangan basah.” Ungkapan yang hakikatnya tidak berwujud. Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orang-orang sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar melakukan nadzar (melihat calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau setidaknya, diistilahkan demikian. Namun itu sungguh merupakan perancuan istilah. Istilah pacaran sudah kadong dipahami sebagai hubungan lebih intim antara sepasang kekasih, yang diaplikasikan dengan jalan bareng, jalan-jalan, saling berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-jelas disisipi oleh banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan banyak hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat. Bila kemudian ada istilah pacaran yang Islami, sama halnya dengan memaksakan adanya istilah, meneggak minuman keras yang Islami. Mungkin, karena minuman keras itu di tenggak di dalam masjid. Atau zina yang Islami, judi yang Islami, dan sejenisnya. Kalaupun ada aktivitas tertentu yang halal, kemudian di labeli nama-nama perbuatan haram tersebut, jelas terlalu dipaksakan, dan sama sekali tidak bermanfaat.
Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah
Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan. Pernikahan yang benar dalam Islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang cintanya hanya cinta bualan.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)
Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnul Qayyim berkata, ”Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”
Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi oleh rasa cinta pada-Nya. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Allahumma inna nas’aluka ’ilman nafi’a wa rizqon thoyyiban wa ’amalan mutaqobbbalan. [Muhammad Abduh Tuasikal]
Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang, tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”
Dilihat dari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan (perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.
Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan
Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada laki–laki yang beriman : ”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24]: 30 )
Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman, “Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24]: 31)
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahromnya). Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.”
Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan, ”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahromnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.”
Lalu bagaimana jika kita tidak sengaja memandang lawan jenis?
Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770)
Agama Islam Melarang Berduaan dengan Lawan Jenis
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)
Jabat Tangan dengan Lawan Jenis Termasuk yang Dilarang
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)
Jika kita melihat pada hadits di atas, menyentuh lawan jenis -yang bukan istri atau mahrom- diistilahkan dengan berzina. Hal ini berarti menyentuh lawan jenis adalah perbuatan yang haram karena berdasarkan kaedah ushul “apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain yang haram, maka menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram”. (Lihat Taysir Ilmi Ushul Fiqh, Abdullah bin Yusuf Al Juda’i)
Meninjau Fenomena Pacaran
Setelah pemaparan kami di atas, jika kita meninjau fenomena pacaran saat ini pasti ada perbuatan-perbuatan yang dilarang di atas. Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua. Lalu berani berdua-duan di tempat yang sepi. Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman. Akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina. –Naudzu billahi min dzalik-. Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!
Mustahil Ada Pacaran Islami
Salah seorang dai terkemuka pernah ditanya, ”Ngomong-ngomong, dulu bapak dengan ibu, maksudnya sebelum nikah, apa sempat berpacaran?”
Dengan diplomatis, si dai menjawab,”Pacaran seperti apa dulu? Kami dulu juga berpacaran, tapi berpacaran secara Islami. Lho, gimana caranya? Kami juga sering berjalan-jalan ke tempat rekreasi, tapi tak pernah ngumpet berduaan. Kami juga gak pernah melakukan yang enggak-enggak, ciuman, pelukan, apalagi –wal ‘iyyadzubillah- berzina.
Nuansa berpikir seperti itu, tampaknya bukan hanya milik si dai. Banyak kalangan kaum muslimin yang masih berpandangan, bahwa pacaran itu sah-sah saja, asalkan tetap menjaga diri masing-masing. Ungkapan itu ibarat kalimat, “Mandi boleh, asal jangan basah.” Ungkapan yang hakikatnya tidak berwujud. Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orang-orang sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar melakukan nadzar (melihat calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau setidaknya, diistilahkan demikian. Namun itu sungguh merupakan perancuan istilah. Istilah pacaran sudah kadong dipahami sebagai hubungan lebih intim antara sepasang kekasih, yang diaplikasikan dengan jalan bareng, jalan-jalan, saling berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-jelas disisipi oleh banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan banyak hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat. Bila kemudian ada istilah pacaran yang Islami, sama halnya dengan memaksakan adanya istilah, meneggak minuman keras yang Islami. Mungkin, karena minuman keras itu di tenggak di dalam masjid. Atau zina yang Islami, judi yang Islami, dan sejenisnya. Kalaupun ada aktivitas tertentu yang halal, kemudian di labeli nama-nama perbuatan haram tersebut, jelas terlalu dipaksakan, dan sama sekali tidak bermanfaat.
Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah
Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan. Pernikahan yang benar dalam Islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang cintanya hanya cinta bualan.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)
Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnul Qayyim berkata, ”Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”
Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi oleh rasa cinta pada-Nya. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Allahumma inna nas’aluka ’ilman nafi’a wa rizqon thoyyiban wa ’amalan mutaqobbbalan. [Muhammad Abduh Tuasikal]
Kambing Hitam dan Kambing Putih
Tema
Renungan
Gembala Kambing
Suatu hari, Fulan berpapasan dengan seorang gembala dengan kambingnya. Fulan bertanya dengan takjub.
Fulan: “Pak, boleh nanya nih?”
Gembala: “Boleh.”
Fulan: “Kambing-kambing bapak sehat sekali, bapak kasih makan apa?”
Gembala: “Yang mana dulu nih? Yang hitam atau yang putih?”
Fulan: “Mmmm… Yang hitam dulu deh…”
Gembala: “Oh, kalo yang hitam, dia makannya rumput basah.”
Fulan: “Ohh… kalo yang putih?”
Gembala: “Yang putih juga…”
Fulan: “Hmmm… kambing- kambing ini, kuat jalan berapa kilo pak?”
Gembala: “Yang mana dulu nih? Yang hitam atau yang putih?”
Fulan: “Mmmm yang hitam dulu deh…”
Gembala: “Oh, kalo yang hitam, 4 km sehari.”
Fulan: “Kalo yang putih?”
Gembala: “Yang putih juga…”
Si Fulan mulai gondok…: “Kambing ini, menghasilkan banyak bulu nggak pak, pertahunnya? ”
Gembala: “Yang mana dulu nih? Yang hitam atau yang putih?”
Fulan: “(dengan kesalnya) Yang hitam dulu deh…”
Gembala: “Oh, yang hitam, banyak… 10 kg/th”
Fulan: “Kalo yang putih…?”
Gembala: “Yang putih juga”
Fulan: “BAPAK KENAPA SIH SELALU NGEBEDAIN KAMBING DUA INI, KALO JAWABANNYA SAMA???”
Gembala: “Oh, gini dik, soalnya yang hitam itu, punya saya…”
Fulan: “Oh gitu pak, maaf kalo saya emosi… kalo yang putih?”
Gembala: “Yang putih juga”
Fulan: #$@%!!??
Suatu hari, Fulan berpapasan dengan seorang gembala dengan kambingnya. Fulan bertanya dengan takjub.
Fulan: “Pak, boleh nanya nih?”
Gembala: “Boleh.”
Fulan: “Kambing-kambing bapak sehat sekali, bapak kasih makan apa?”
Gembala: “Yang mana dulu nih? Yang hitam atau yang putih?”
Fulan: “Mmmm… Yang hitam dulu deh…”
Gembala: “Oh, kalo yang hitam, dia makannya rumput basah.”
Fulan: “Ohh… kalo yang putih?”
Gembala: “Yang putih juga…”
Fulan: “Hmmm… kambing- kambing ini, kuat jalan berapa kilo pak?”
Gembala: “Yang mana dulu nih? Yang hitam atau yang putih?”
Fulan: “Mmmm yang hitam dulu deh…”
Gembala: “Oh, kalo yang hitam, 4 km sehari.”
Fulan: “Kalo yang putih?”
Gembala: “Yang putih juga…”
Si Fulan mulai gondok…: “Kambing ini, menghasilkan banyak bulu nggak pak, pertahunnya? ”
Gembala: “Yang mana dulu nih? Yang hitam atau yang putih?”
Fulan: “(dengan kesalnya) Yang hitam dulu deh…”
Gembala: “Oh, yang hitam, banyak… 10 kg/th”
Fulan: “Kalo yang putih…?”
Gembala: “Yang putih juga”
Fulan: “BAPAK KENAPA SIH SELALU NGEBEDAIN KAMBING DUA INI, KALO JAWABANNYA SAMA???”
Gembala: “Oh, gini dik, soalnya yang hitam itu, punya saya…”
Fulan: “Oh gitu pak, maaf kalo saya emosi… kalo yang putih?”
Gembala: “Yang putih juga”
Fulan: #$@%!!??
:: Pohon Apel Dan Seorang Anak ::
Tema
kisah motivasi,
Renungan
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Umur
Tema
kisah motivasi,
Renungan
Di awal zaman, Tuhan menciptakan seekor sapi. Tuhan berkata kepada sang sapi. Hari ini kuciptakan kau sebagai sapi, engkau harus pergi ke padang rumput. Kau harus bekerja di bawah terik matahari sepanjang hari. Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun. Sang Sapi keberatan. Kehidupanku akan sangat berat selama 50 tahun. Kiranya 20 tahun cukuplah buatku. Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun. Maka setujulah Tuhan.
Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. Hai monyet, hiburlah manusia. Aku berikan kau umur 20 tahun! Sang monyet menjawab “What? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa? 10 tahun cukuplah. Kukembalikan 10 tahun padamu.” Maka setujulah Tuhan.
Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat kau harus menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun. Sang anjing menolak: “Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun? No way! Kukembalikan 10 tahun padamu”. Maka setujulah Tuhan.
Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia. Sabda Tuhan: “Tugasmu adalah makan, tidur, dan bersenang-senang. Inilah kehidupan. Kau akan menikmatinya. Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun! Sang manusia keberatan, katanya, “Menikmati kehidupan selama 25 tahun? Itu terlalu pendek Tuhan.
Let’s make a deal. “Karena sapi mengembalikan 30 tahun usianya, lalu anjing mengembalikan 10 tahun, dan monyet mengembalikan 10 tahun usianya padamu, berikanlah semuanya itu padaku. Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun. Setuju?” Maka setujulah Tuhan.
Akibatnya…
Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan kita makan, tidur dan bersenang-senang.
30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita.
10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa dengan berperan sebagai monyet yang menghibur.
Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal di rumah, duduk di depan pintu, dan menggonggong kepada orang yang lewat. Uhuk, uhuk (batuk)… Eh, Ntong, mo ke mane lo?
hehei ...
Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. Hai monyet, hiburlah manusia. Aku berikan kau umur 20 tahun! Sang monyet menjawab “What? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa? 10 tahun cukuplah. Kukembalikan 10 tahun padamu.” Maka setujulah Tuhan.
Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat kau harus menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun. Sang anjing menolak: “Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun? No way! Kukembalikan 10 tahun padamu”. Maka setujulah Tuhan.
Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia. Sabda Tuhan: “Tugasmu adalah makan, tidur, dan bersenang-senang. Inilah kehidupan. Kau akan menikmatinya. Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun! Sang manusia keberatan, katanya, “Menikmati kehidupan selama 25 tahun? Itu terlalu pendek Tuhan.
Let’s make a deal. “Karena sapi mengembalikan 30 tahun usianya, lalu anjing mengembalikan 10 tahun, dan monyet mengembalikan 10 tahun usianya padamu, berikanlah semuanya itu padaku. Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun. Setuju?” Maka setujulah Tuhan.
Akibatnya…
Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan kita makan, tidur dan bersenang-senang.
30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita.
10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa dengan berperan sebagai monyet yang menghibur.
Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal di rumah, duduk di depan pintu, dan menggonggong kepada orang yang lewat. Uhuk, uhuk (batuk)… Eh, Ntong, mo ke mane lo?
hehei ...
:: KETIKA ALLAH MEMILIHMU UNTUK IMAMKU ::
Tema
Renungan
Assalamu'alaikum warahmaturah wabarakatuh
Akhi wa Ukhti Fillah...
Padamu yg Allah pilihkan dlm hidupku..
Ingin ku beri tahu padamu..
Aku hidup dan besar dari keluarga bahagia..
Orang tua yg begitu sempurna..
Dgn cinta yg begitu membuncah..
Aku dibesarkan dgn limpahan kasih yg tak terhingga..
Maka,padamu ku katakan..
Saat Allah memilihmu dlm hidupku,maka saat itu Dia berharap,kaupun sanggup melimpahkan cinta padaku..
Memperlakukanku dgn sayang yg begitu indah..
‘’PADAMU YG ALLAH PILIHKAN UTKKU’’
Ketahuilah,aku hanya wanita biasa dgn begitu banyak kekurangan dlm diriku,aku bukanlah wanita sempurna,seperti yg mungkin kau harapkan,maka,ketika DIA memilihmu utkku,maka saat itu,DIA ingin menyempurnakan kekuranganku dgn keberadaanmu,dan aku tahu,kaupun bukanlah laki-laki yg sempurna ,dan ku berharap ketidak sempurnaanku mampu menyempurnakanmu,karena kelak kita akan satu,Aibmu adalah Aibku,dan indahmu adalah indahku,kau dan aku akan menjadi’’.kita.’’.
‘’PADAMU YG ALLAH PILIHKAN UTKKU’’
Ketahuilah,sejak kecil Allah telah menempa diriku dgn ilmu dan tarbiyah,membentukku menjadi wanita mencintai Rabb-NYA,maka ketika DIA memilihmu utkku,maka saat itu,Allah mengetahui bahwa kaupun telah menempa dirimu dgn ilmu-NYA,,maka gandeng tanganku dlm mengibarkan panji-panji Dakwah dlm hidup kita,itulah visi pernikahan kita,Ibadah pada-NYA ta’ala..
‘’PADAMU YG ALLAH TETAPKAN SEBAGAI NAHKODAKU’’
Ingatlah aku adalah mahluk-NYA dari tulang rusuk yg paling bengkok,ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah,maka ketahuilah,,saat itu Dia menghendaki kau menasehatiku dgn Hikmah,sungguh hatiku tetaplah wanita yg lemah pada kelembutan,namun jgn kau coba meluruskanku,karena aku akan patah,tapi jgn pula membiarkanku begitu saja,karena akan selamanya aku salah,namun tatap mataku,tersenyumlah,tenangkan aku dgn genggaman tanganmu,dan nasehati aku dgn bijak dan hikmah,Niscaya,kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu,maka ketika itu,kau kembali memiliki hatiku..
‘’PADAMU YG ALLAH TETAPKAN SEBAGAI ATAP HUNIANKU’’
Ketahuilah,ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan,maka dimataku kau adalah yg terindah,kata-katamu adalah titah utkku,selama tak bermaksiat pada Allah,akan ku penuhi semua perintahmu,maka kalau kau berkenan ku meminta,jadilah hunian yg indah,yg kokoh yg mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dlmnya..
‘’PADAMU YG ALLAH PILIH MENJADI PENOPONG HIDUPKU’’
Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita,maka didiklah mereka menjadi generasi yg di rindukan surga,yg di pundaknya akan di isi dgn amanah-amanah Dakwah,yg Ruh dan jiwanya selalu merindukkan jihad,yg darahnya mengalir darah syuhada,dan ku yakin dari tanganmu yg penuh berkah,kau mampu membentuk mereka dgn hatimu yg penuh cinta,kau mampu merengkuh hati mereka dan aku akan selalu jatuh cinta padamu.
‘’PADAMU YG ALLAH PILIH SEBAGAI IMAMKU’’
Ku memohon padamu ..Ridholah padaku,sesungguhnya Ridhomu adalah Ridho Illahi Rabbi,mudahkanlah jalanku ke surga-NYA,karena bagiku kau adalah kunci surgaku.
Dari Ummu salamah,ia berkata .’’Rasulullah saw bersabda:.’’seorang perempuan jika meninggal dan suaminya meridhoinya,maka ia akan masuk surga.(HR.Ahmad dan Thabrani).
Salam Ukhuwah Fillah Abadan abadaa
Catatan My Best Friend (SM)
Akhi wa Ukhti Fillah...
Padamu yg Allah pilihkan dlm hidupku..
Ingin ku beri tahu padamu..
Aku hidup dan besar dari keluarga bahagia..
Orang tua yg begitu sempurna..
Dgn cinta yg begitu membuncah..
Aku dibesarkan dgn limpahan kasih yg tak terhingga..
Maka,padamu ku katakan..
Saat Allah memilihmu dlm hidupku,maka saat itu Dia berharap,kaupun sanggup melimpahkan cinta padaku..
Memperlakukanku dgn sayang yg begitu indah..
‘’PADAMU YG ALLAH PILIHKAN UTKKU’’
Ketahuilah,aku hanya wanita biasa dgn begitu banyak kekurangan dlm diriku,aku bukanlah wanita sempurna,seperti yg mungkin kau harapkan,maka,ketika DIA memilihmu utkku,maka saat itu,DIA ingin menyempurnakan kekuranganku dgn keberadaanmu,dan aku tahu,kaupun bukanlah laki-laki yg sempurna ,dan ku berharap ketidak sempurnaanku mampu menyempurnakanmu,karena kelak kita akan satu,Aibmu adalah Aibku,dan indahmu adalah indahku,kau dan aku akan menjadi’’.kita.’’.
‘’PADAMU YG ALLAH PILIHKAN UTKKU’’
Ketahuilah,sejak kecil Allah telah menempa diriku dgn ilmu dan tarbiyah,membentukku menjadi wanita mencintai Rabb-NYA,maka ketika DIA memilihmu utkku,maka saat itu,Allah mengetahui bahwa kaupun telah menempa dirimu dgn ilmu-NYA,,maka gandeng tanganku dlm mengibarkan panji-panji Dakwah dlm hidup kita,itulah visi pernikahan kita,Ibadah pada-NYA ta’ala..
‘’PADAMU YG ALLAH TETAPKAN SEBAGAI NAHKODAKU’’
Ingatlah aku adalah mahluk-NYA dari tulang rusuk yg paling bengkok,ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah,maka ketahuilah,,saat itu Dia menghendaki kau menasehatiku dgn Hikmah,sungguh hatiku tetaplah wanita yg lemah pada kelembutan,namun jgn kau coba meluruskanku,karena aku akan patah,tapi jgn pula membiarkanku begitu saja,karena akan selamanya aku salah,namun tatap mataku,tersenyumlah,tenangkan aku dgn genggaman tanganmu,dan nasehati aku dgn bijak dan hikmah,Niscaya,kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu,maka ketika itu,kau kembali memiliki hatiku..
‘’PADAMU YG ALLAH TETAPKAN SEBAGAI ATAP HUNIANKU’’
Ketahuilah,ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan,maka dimataku kau adalah yg terindah,kata-katamu adalah titah utkku,selama tak bermaksiat pada Allah,akan ku penuhi semua perintahmu,maka kalau kau berkenan ku meminta,jadilah hunian yg indah,yg kokoh yg mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dlmnya..
‘’PADAMU YG ALLAH PILIH MENJADI PENOPONG HIDUPKU’’
Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita,maka didiklah mereka menjadi generasi yg di rindukan surga,yg di pundaknya akan di isi dgn amanah-amanah Dakwah,yg Ruh dan jiwanya selalu merindukkan jihad,yg darahnya mengalir darah syuhada,dan ku yakin dari tanganmu yg penuh berkah,kau mampu membentuk mereka dgn hatimu yg penuh cinta,kau mampu merengkuh hati mereka dan aku akan selalu jatuh cinta padamu.
‘’PADAMU YG ALLAH PILIH SEBAGAI IMAMKU’’
Ku memohon padamu ..Ridholah padaku,sesungguhnya Ridhomu adalah Ridho Illahi Rabbi,mudahkanlah jalanku ke surga-NYA,karena bagiku kau adalah kunci surgaku.
Dari Ummu salamah,ia berkata .’’Rasulullah saw bersabda:.’’seorang perempuan jika meninggal dan suaminya meridhoinya,maka ia akan masuk surga.(HR.Ahmad dan Thabrani).
Salam Ukhuwah Fillah Abadan abadaa
Catatan My Best Friend (SM)
Dalam Diam Berbicara...
Tema
Renungan
"Sayang..."
Untuk : (tak jelas tujuannya)
Dari : (tak jelas asalnya)
Sayang…aku mau jujur. Kamu mau kan dengerin aku ? Baca ini sampai habis dulu lalu kamu boleh komentar atau bahkan marah. Jangan hanya dibaca setengah dan jangan juga berpikiran yang aneh – aneh ketika kamu nggak ngerti. Tanyakan padaku. Namun ketika aku nggak bisa jawab, jangan pernah juga kamu merasa kalau pemikiranmu lah yang paling benar. Jangan. Karena aku perempuan, dan bagiku tidak semuanya bisa dijelaskan dengan kata – kata. Jadi aku mohon, mengerti lah diamku saat aku tidak bisa berkata.
Sayang…kadang aku bingung harus ngomong dengan bahasa apa sama kamu. Aku tahu kamu adalah lelaki, makhluk yang mayoritas menggunakan akalnya dari pada perasaannya. Tapi, sayang, kamu sedang berhubungan denganku, kan ? Aku perempuan, makhluk yang mayoritas menggunakan perasaaannya dari pada akalnya. Meskipun ada beberapa dari golonganku yang biasa disebut dengan “tomboy” mereka pun masih sama dengan kami yang “normal”. Maka mengerti lah, sayang, setiap kita sedang bertengkar jangan pernah anggap masalah terlalu enteng. Aku tahu kamu pasti berpikir aku berlebihan, tapi percaya lah, sayang, jika aku bisa memilih pun aku enggan untuk memikirkan setiap kecil masalah berlarut – larut atau mengerti setiap detail masalah itu. Tapi tidak bisa. Aku perempuan, yang instingnya secara otomatis akan menyensor setiap detail masalah kita. Kamu pikir aku tidak tersiksa ? Kamu pikir aku tidak pernah berupaya untuk take it easy ? I do, babe ! but don’t know why aku nggak pernah bisa sesimpel kamu. Suatu waktu aku pernah berpikir kalau saja aku sama simpelnya dengan kamu, akan kah kita tetap berkomunikasi ? Akan kah aku tetap memperhatikan setiap kancingmu yang belum tertutup atau helaian rambutmu yang tidak pada tempatnya ? Atau mengelap keringatmu saat kamu sangat berkonsentrasi pada sesuatu ?
Sayang…saat aku menuntutmu untuk sedikit lebih peka dengan perasaanku bukan artinya aku tidak menghargai setiap usahamu untuk membahagiakanku. Namun terkadang perangaimu terlalu kasar untuk hatiku yang mungkin kamu anggap cengeng. Tapi tidak kah kamu sadar kalau kamu pun butuh “kecengengan” – ku ? Bukan kah kamu akan selalu merasa seperti hero ketika aku mampu menyunggingkan kembali senyum kecil di tengah air mataku yang kamu usap satu per satu. Lalu kamu tersenyum seraya berbisik, “Jangan nangis. Ayo senyum ! Nah..gitu kan lebih cantik.” Kamu tahu, sebenarnya tidak selamanya kalimat itu menolongku untuk menyelesaikan masalahku. Tapi aku selalu merasa nyaman ketika kamu bertutur seperti itu. Tahu mengapa ? Karena kamu telah menyelimuti bagian rapuh dari dalam diriku. Dan ketika kamu merasa tidak terima ketika aku memintamu untuk peka padaku, tak jarang aku diam dan menangis. Di satu sisi aku sedih mengapa kamu tidak memenuhi permintaanku, tapi di sisi lain aku pun berpikir kalau aku ini terlalu menuntut akhirnya aku diam dan mengalah. Aku turuti egomu yang selalu tidak memperhatikan detail diriku. Tak apa. Asal aku masih bisa mengingatkanmu untuk memakai jaket sebelum keluar dan kamu balas dengan “Ya, Babe.”, aku maafkan dirimu. Aku anggap kamu masih menghargai aku dan tidak sepatutnyalah aku menuntut lebih darimu.
Sayang…aku senang saat kamu bernyanyi di telingaku hingga aku terlelap. Kamu tahu esok paginya, saat sinar kuning matahari merayap bumi , aku pasti merasa bersemangat. Aku tidur lelap bagai bayi yang dinyanyikan lagu cinta dalam pelukan hangat ibunya. Kamu lah pengganti mamaku yang dulu me – nina bobokan – ku. Kamu lah yang membuatku merasa menjadi bayi kembali. Aku senang. Tapi aku menjadi sebal kalau kamu yang berubah menjadi bayi di saat yang tidak tepat. Di saat aku menjelaskan sesuatu dan kamu memotongnya begitu saja. Atau saat kamu men – judge hal yang sama sekali tidak aku lakukan. Atau saat kamu mengungkit – ungkit kesalahanku. Aku tahu aku pun suka melakukan hal yang sama. Maka maafkan lah aku yang suka mengungkit – ungkit kesalahan lalumu dan kurang menghargai segala usahamu untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi. Aku tahu kamu sudah berusaha semampumu tapi aku tetap merasa kesal ketika kamu mengulangi kesalahan yang sama. Aku tahu kamu manusia biasa, maka sekali lagi maafkan lah aku yang suka marah denganmu. Aku hanya tidak ingin hubungan kita stagnan. Terjebak dalam kesalahan yang sama terus menerus.
Sayang…tapi aku selalu senang ketika kamu melakukan hal kecil sebagai permohonan maafmu. Ketika kamu memberiku sebatang cokelat atau hanya sebutir permen. Lalu kamu memulai dengan gombalan buayamu dan bertingkah manja seraya merajuk agar aku memaafkanmu. Kamu tahu, sebenarnya hatiku masih sangat kesal dengan kesalahan – sama – yang – telah – kamu – lakukan – lagi itu, tapi aku tidak tega kalau kamu harus berlama – lama bertingkah tolol seperti itu. Hatiku meleleh. Aku pun memaafkanmu. Tapi, sayang, mengapa kamu selalu melakukan kesalahan yang sama ? Kamu tahu, aku merasa tidak dihargai olehmu. Aku merasa kamu menganggapku “gampangan”. Kamu berbuat kesalahan, lalu kamu tinggal bersikap konyol dan aku memaafkan. Bukannya aku tidak memaafkanmu dengan ikhlas. Bukan. Bukan itu. Tapi aku hanya ingin kamu belajar dari kesalahan. Aku tak ingin mendiktemu seperti dosen, orangtua atau pimpinanmu. Aku hanya ingin kamu mengerti aku dengan cara kamu mempelajariku, bukan dari buku psikologi yang suka aku baca. Aku yakin kamu cukup pintar untuk mengerti aku.
Sayang…aku cemas ketika kamu terlalu lama di luar. Ketika kamu asyik dengan kerjaanmu. Ketika kamu terlalu bersemangat mengejar target hidupmu. Ketika kamu larut dalam aktivitasmu. Aku tahu kamu hanya ingin membuatku dan seluruh orang yang mengenalmu bangga kepadamu. Tapi ingat, sayang, kamu memiliki tubuh yang berhak untuk beristirahat. Kamu punya otak yang perlu rehat sejenak. Kamu punya pikiran yang harus diistirahatkan beberapa waktu. Mungkin kamu berpikir aku marah karena kamu cuek padaku. Mungkin benar, tapi aku selalu menghargai setiap detik waktu yang kamu habiskan saat bersamaku. Selain itu, aku hanya ingin berguna bagimu karena pada saat itulah aku dapat menghiburmu. Di saat itulah aku amat sangat merasa berguna bagimu. Aku mengupayakan segala cara agar kamu nyaman ketika beristirahat di sampingku. Aku tidak peduli betapa bau keringatnya kamu. Memang pada awalnya mengganggu hidungku dan aku setengah mati akan mengejekmu, tapi percayalah aku senang ketika kamu berbagi tentang hari – harimu padaku di saat kamu kelelahan. Aku merasa berharga bagimu ketika kamu terbuka padaku, karena sungguh aku sangat sedih ketika kamu tertidur begitu saja dalam kondisi kelelahan tanpa sempat mengeluarkan pikiranmu, bebanmu, kekesalanmu, kekecewaanmu dan segala hal yang mengganjal dalam dirimu.
Sayang…apakah kamu mengerti aku yang sering diam cemburu ? Apakah kamu sadar kalau betapa sakitnya hatiku ketika aku cemburu namun aku berpura – pura untuk tidak cemburu ? Aku anggap itu sebagai kebohongan pada diriku sendiri hanya karena aku tidak ingin kamu merasa dikekang. Aku ingin kamu tetap berteman dengan normal meskipun ada aku dalam kehidupanmu. Tapi apakah kamu mengerti betapa sakitnya hatiku ketika kamu enggan untuk mengenalkanku pada teman – temanmu atau sebaliknya kamu enggan untuk mengenalkan teman – temanmu padaku ? Kamu memang punya alasan, tapi sadarkah kamu kalau sangat sulit bagiku untuk menerima alasan itu sebagai sesuatu yang rasional ? Mungkin kamu tidak tahu, tapi aku sangat bangga ketika jalan berdampingan denganmu. Ketika semua orang tahu bahwa akulah pendampingmu. Mungkin di mata dunia kamu tak lebih dari pria yang biasa, atau malah sangat biasa. Tapi tidak bagiku. Kamu tahu kalau aku menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, uang bahkan perasaan untuk bisa tampil sesempurna mungkin di matamu ? Aku berupaya sebisa mungkin untuk menjadi apa yang kamu mau hanya karena ingin membuatmu bangga saat kamu mengenalkanku pada dunia bahwa akulah pendampingmu. Maka dari itu aku mulai repot ketika ukuran baju dan celanaku meningkat. Aku panik ketika saat duduk dan ada lipatan di perutku. Aku khawatir ketika ada jerawat yang muncul di wajahku, meski kamu tidak pernah mempermasalahkannya. Aku tidak yakin dengan penampilanku di depan umum ketika bersamamu dan di sana ada banyak wanita yang lebih cantik dariku.
Sayang…aku sangat berterima kasih padamu karena kamu menerimaku apa adanya. Aku tersanjung saat kamu bilang aku tak perlu khawatir dengan berat badan yang bertambah, bahkan kamu mulai menggunakan kata “gendut” sebagai panggilan kesayanganmu untukku. Aku senang. Sungguh. Tapi aku malu pada diriku sendiri saat aku tidak dapat memberikan yang terbaik bagimu. Saat aku tidak dapat tampil seindah mungkin di matamu, karena sebuah penghargaan tertinggi bagiku ketika kamu tersenyum melihatku usai bersolek. Tak apa kamu tidak memujiku dengan sebutan “cantik”, karena memang aku tidak cantik. Tapi melihatmu tersenyum padaku usai aku bersolek merupakan sebuah penghargaan tiada tara atas semua usaha yang telah aku lakukan untukmu. Maka dari itu, aku sangat khawatir kamu akan menemukan yang “lebih” dariku di luar sana. Di saat kamu beraktivitas. Di saat kamu bersama teman – temanmu. Di saat kamu sedang bekerja. Aku mohon jangan pernah merasa risih ketika aku tiba – tiba menelefonmu lalu bertanya kamu ada di mana dan dengan siapa. Aku hanya ingin memastikan kamu masih milikku dan semua usaha yang aku lakukan ini tidak sia – sia atau mendapat respon palsu.
Sayang…tapi maafkan aku. Aku adalah wanitamu yang nakal. Tak jarang mataku masih suka lirik ke sana – kemari. Tapi percayalah, aku tidak melakukan itu untuk mencari penggantimu. Aku pun tidak melakukan lebih dari itu. Aku berupaya sebisa mungkin untuk menjaga diriku sebaik yang aku bisa. Aku selalu ingat pesanmu, “jaga diri baik – baik. Jaga semuanya, ya.” Aku selalu memegang teguh itu. Yakin lah, aku tidak sampai hati mengkhianatimu saat aku sedang tidak denganmu. Hal ini aku lakukan semata – mata sebagai hiburan dengan teman – temanku atau saat aku sedang sangat kesal padamu. Kamu pasti akan menganggap ini adalah exit way yang sangat menyakitkan bagimu, tapi apakah kamu tahu betapa sakitnya aku ketika kamu pun tidak berupaya untuk meyakinkanku untuk memaafkanmu ? Tak jarang kamu pun hanya mengucapkan “maaf” lalu menganggap semuanya selesai. Kamu pergi. Apakah kamu tahu kalau aku ingin kamu merajuk memohon maaf padaku ? Tidak memperlakukanku semena – mena. Bukan berarti aku ingin disembah. Tapi, sayang, aku hanya ingin melihat seberapa besar keinginanmu agar aku memaafkanmu. Aku hanya ingin kamu berusaha lebih.
Sayang…maafkan aku juga yang suka membuatmu bingung kalau aku ngambek tanpa alasan. Aku tahu kamu sudah kehabisan ide untuk membuatku tersenyum, tapi kamu tahu, sayang, kalau jauh dalam lubuk hatiku aku tertawa. Bukan tertawa menang. Bukan tertawa merendahkanmu. Tapi aku bahagia melihat usahamu yang begitu lucu untuk membuatku tersenyum. Dan ketika kamu sudah kehabisan ide, kamu hanya diam dan menyerah. Saat itulah aku sangat ingin memelukmu erat. Saat itu lah salah satu dari momen – momen di mana rasa sayangku bisa tumbuh seiring dengan “jatah” hidup kita yang kian berkurang di dunia ini. Di saat itulah aku sangat beruntung memilikimu dalam hidupku. Menjadi bagian dari hidupmu. Menjadi separuh dari hatimu.
Sayang…terima kasih atas semua yang telah kamu berikan, upayakan dan pengorbananmu. Mungkin aku hanya dapat berterima kasih untuk sepersekian kecil dari itu semua. Aku bukanlah Tuhan yang dapat melihat semua hal yang kamu lakukan. Bukan. Tapi yakinlah, ketika aku mengetahui semua yang kamu lakukan hanya untukku, aku amat sangat berterima kasih dan menghargai setiap hembusan nafasmu untukku. Untuk kita. Untuk segala kekurangan dan kelebihanku.
Sayang…kesalahanku pun tak sedikit, baik yang kamu lihat dan tidak. Tapi kamu selalu percaya kalau aku selalu menjadi “anak yang baik” di belakangmu. Maafkan aku jika sering membuatmu kecewa atau kesal. Kepercayaanmu adalah salah satu hal berharga yang aku miliki di dunia ini. Aku sangat senang ketika kamu tidak pernah mempermasalahkan hal kecil namun aku berhasil menuntutmu akan hal – hal kecil. Lalu tak lama kamu menyadarinya dan kamu ngambek padaku. Lagi – lagi kamu terasa seperti anak kecil yang manja dan marah karena telah aku curangi. Maafkan atas segala kesalahan, kekurangan, dan ketidakmampuanku.
Sayang…sayangnya kita belum halal. Kamu belum milikku sepenuhnya, begitu pun aku kepadamu. Aku yang mulai mengerti akan keistimewaan perilakumu kepadaku membuat aku harus menjaga diriku seutuhnya. Nanti, saat aku menyerahkan semuanya untukmu, aku ingin kamu menjadi imamku seutuhnya. Menjadi seorang pemimpin yang tidak hanya piawai dalam mengendalikan rumah tangga, tapi juga seorang pemimpin hidupku yang menghargai, mengerti dan mampu mengajariku dengan cintamu di bawah naungan cinta – Nya. Tak ada yang aku cari selain cinta Allah, maka dari itu aku pun mencari seorang khalifah – Nya di bumi ini yang dapat menyuburkan cintaku pada – Nya.
Sayang…setiap saat dalam hatiku selalu berdo’a agar aku dapat selalu mencintai segala kekuranganmu. Mengapa ? Karena ketika aku sudah mampu menerima segala kekuranganmu, aku tahu kelebihanmu akan menjadi sebuah anugerah yang indah dari Sang Rabb. Apalah yang lebih indah dari anugerah yang DIa berikan padaku ?
Sayang…aku tahu kamu lelah menahan perasaan ini. Tapi aku mohon bersabarlah, karena aku yakin semuanya akan terasa indah jika tepat pada waktunya. Aku percaya itu. Kamu tahu aku punya cita – cita setinggi hasratmu untuk menjadikanku ratu dalam rumah kita nanti. Kamu tahu aku punya segudang mimpi yang terus aku kejar dan aku tidak pernah lelah, sama halnya dengan dirimu yang tak pernah lelah mencapai puncak kehidupan ini. Percayalah padaku, aku pun sama lelahnya seperti ini. Aku takut Allah semakin cemburu pada kita malah nantinya akan menjauhkan kita.
Sayang…yakinlah seorang pria melamar wanitanya adalah sebuah tindakan penghargaan tertinggi bagi wanita itu. Tak dapat ku bayangkan apa perasaanku ketika kamu menghadap ayahku dan memintaku darinya. Aku enggan berangan indah terlampau jauh. Aku takut jatuh. Aku takut sakit. Aku takut kecewa. Aku serahkan semuanya kepada Rabb Yang Maha Mengatur. Aku hanya bisa melakukan dan memberikan yang terbaik yang aku bisa untukmu dan untuk kita. Biarlah Dia yang menilai usahaku, usahamu dan usaha kita. Mudah –mudahan Dia memaafkan segala kecacatan dalam diriku selama ini. Jika kamu yang terbaik untukku, maka perlakukanlah aku sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Kamu tahu aku wanita yang berbeda dari semua wanita yang sering kamu temui. Maka mengerti dan terimalah aku apa adanya dengan lapang, ikhlas, kasih sayang dan cintamu, karena tak pelak aku pun akan patuh padamu seutuhnya ketika aku sudah sah menjadi pendampingmu. Karena kamulah surgaku nantinya. Kamulah yang akan memimpin hidupku. Kamu lah imamku. Dan tiada lagi yang aku harapkan selain keridhaan Allah dalam setiap hembusan nafasku.
Catatan My Best Friend (SM)
Untuk : (tak jelas tujuannya)
Dari : (tak jelas asalnya)
Sayang…aku mau jujur. Kamu mau kan dengerin aku ? Baca ini sampai habis dulu lalu kamu boleh komentar atau bahkan marah. Jangan hanya dibaca setengah dan jangan juga berpikiran yang aneh – aneh ketika kamu nggak ngerti. Tanyakan padaku. Namun ketika aku nggak bisa jawab, jangan pernah juga kamu merasa kalau pemikiranmu lah yang paling benar. Jangan. Karena aku perempuan, dan bagiku tidak semuanya bisa dijelaskan dengan kata – kata. Jadi aku mohon, mengerti lah diamku saat aku tidak bisa berkata.
Sayang…kadang aku bingung harus ngomong dengan bahasa apa sama kamu. Aku tahu kamu adalah lelaki, makhluk yang mayoritas menggunakan akalnya dari pada perasaannya. Tapi, sayang, kamu sedang berhubungan denganku, kan ? Aku perempuan, makhluk yang mayoritas menggunakan perasaaannya dari pada akalnya. Meskipun ada beberapa dari golonganku yang biasa disebut dengan “tomboy” mereka pun masih sama dengan kami yang “normal”. Maka mengerti lah, sayang, setiap kita sedang bertengkar jangan pernah anggap masalah terlalu enteng. Aku tahu kamu pasti berpikir aku berlebihan, tapi percaya lah, sayang, jika aku bisa memilih pun aku enggan untuk memikirkan setiap kecil masalah berlarut – larut atau mengerti setiap detail masalah itu. Tapi tidak bisa. Aku perempuan, yang instingnya secara otomatis akan menyensor setiap detail masalah kita. Kamu pikir aku tidak tersiksa ? Kamu pikir aku tidak pernah berupaya untuk take it easy ? I do, babe ! but don’t know why aku nggak pernah bisa sesimpel kamu. Suatu waktu aku pernah berpikir kalau saja aku sama simpelnya dengan kamu, akan kah kita tetap berkomunikasi ? Akan kah aku tetap memperhatikan setiap kancingmu yang belum tertutup atau helaian rambutmu yang tidak pada tempatnya ? Atau mengelap keringatmu saat kamu sangat berkonsentrasi pada sesuatu ?
Sayang…saat aku menuntutmu untuk sedikit lebih peka dengan perasaanku bukan artinya aku tidak menghargai setiap usahamu untuk membahagiakanku. Namun terkadang perangaimu terlalu kasar untuk hatiku yang mungkin kamu anggap cengeng. Tapi tidak kah kamu sadar kalau kamu pun butuh “kecengengan” – ku ? Bukan kah kamu akan selalu merasa seperti hero ketika aku mampu menyunggingkan kembali senyum kecil di tengah air mataku yang kamu usap satu per satu. Lalu kamu tersenyum seraya berbisik, “Jangan nangis. Ayo senyum ! Nah..gitu kan lebih cantik.” Kamu tahu, sebenarnya tidak selamanya kalimat itu menolongku untuk menyelesaikan masalahku. Tapi aku selalu merasa nyaman ketika kamu bertutur seperti itu. Tahu mengapa ? Karena kamu telah menyelimuti bagian rapuh dari dalam diriku. Dan ketika kamu merasa tidak terima ketika aku memintamu untuk peka padaku, tak jarang aku diam dan menangis. Di satu sisi aku sedih mengapa kamu tidak memenuhi permintaanku, tapi di sisi lain aku pun berpikir kalau aku ini terlalu menuntut akhirnya aku diam dan mengalah. Aku turuti egomu yang selalu tidak memperhatikan detail diriku. Tak apa. Asal aku masih bisa mengingatkanmu untuk memakai jaket sebelum keluar dan kamu balas dengan “Ya, Babe.”, aku maafkan dirimu. Aku anggap kamu masih menghargai aku dan tidak sepatutnyalah aku menuntut lebih darimu.
Sayang…aku senang saat kamu bernyanyi di telingaku hingga aku terlelap. Kamu tahu esok paginya, saat sinar kuning matahari merayap bumi , aku pasti merasa bersemangat. Aku tidur lelap bagai bayi yang dinyanyikan lagu cinta dalam pelukan hangat ibunya. Kamu lah pengganti mamaku yang dulu me – nina bobokan – ku. Kamu lah yang membuatku merasa menjadi bayi kembali. Aku senang. Tapi aku menjadi sebal kalau kamu yang berubah menjadi bayi di saat yang tidak tepat. Di saat aku menjelaskan sesuatu dan kamu memotongnya begitu saja. Atau saat kamu men – judge hal yang sama sekali tidak aku lakukan. Atau saat kamu mengungkit – ungkit kesalahanku. Aku tahu aku pun suka melakukan hal yang sama. Maka maafkan lah aku yang suka mengungkit – ungkit kesalahan lalumu dan kurang menghargai segala usahamu untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi. Aku tahu kamu sudah berusaha semampumu tapi aku tetap merasa kesal ketika kamu mengulangi kesalahan yang sama. Aku tahu kamu manusia biasa, maka sekali lagi maafkan lah aku yang suka marah denganmu. Aku hanya tidak ingin hubungan kita stagnan. Terjebak dalam kesalahan yang sama terus menerus.
Sayang…tapi aku selalu senang ketika kamu melakukan hal kecil sebagai permohonan maafmu. Ketika kamu memberiku sebatang cokelat atau hanya sebutir permen. Lalu kamu memulai dengan gombalan buayamu dan bertingkah manja seraya merajuk agar aku memaafkanmu. Kamu tahu, sebenarnya hatiku masih sangat kesal dengan kesalahan – sama – yang – telah – kamu – lakukan – lagi itu, tapi aku tidak tega kalau kamu harus berlama – lama bertingkah tolol seperti itu. Hatiku meleleh. Aku pun memaafkanmu. Tapi, sayang, mengapa kamu selalu melakukan kesalahan yang sama ? Kamu tahu, aku merasa tidak dihargai olehmu. Aku merasa kamu menganggapku “gampangan”. Kamu berbuat kesalahan, lalu kamu tinggal bersikap konyol dan aku memaafkan. Bukannya aku tidak memaafkanmu dengan ikhlas. Bukan. Bukan itu. Tapi aku hanya ingin kamu belajar dari kesalahan. Aku tak ingin mendiktemu seperti dosen, orangtua atau pimpinanmu. Aku hanya ingin kamu mengerti aku dengan cara kamu mempelajariku, bukan dari buku psikologi yang suka aku baca. Aku yakin kamu cukup pintar untuk mengerti aku.
Sayang…aku cemas ketika kamu terlalu lama di luar. Ketika kamu asyik dengan kerjaanmu. Ketika kamu terlalu bersemangat mengejar target hidupmu. Ketika kamu larut dalam aktivitasmu. Aku tahu kamu hanya ingin membuatku dan seluruh orang yang mengenalmu bangga kepadamu. Tapi ingat, sayang, kamu memiliki tubuh yang berhak untuk beristirahat. Kamu punya otak yang perlu rehat sejenak. Kamu punya pikiran yang harus diistirahatkan beberapa waktu. Mungkin kamu berpikir aku marah karena kamu cuek padaku. Mungkin benar, tapi aku selalu menghargai setiap detik waktu yang kamu habiskan saat bersamaku. Selain itu, aku hanya ingin berguna bagimu karena pada saat itulah aku dapat menghiburmu. Di saat itulah aku amat sangat merasa berguna bagimu. Aku mengupayakan segala cara agar kamu nyaman ketika beristirahat di sampingku. Aku tidak peduli betapa bau keringatnya kamu. Memang pada awalnya mengganggu hidungku dan aku setengah mati akan mengejekmu, tapi percayalah aku senang ketika kamu berbagi tentang hari – harimu padaku di saat kamu kelelahan. Aku merasa berharga bagimu ketika kamu terbuka padaku, karena sungguh aku sangat sedih ketika kamu tertidur begitu saja dalam kondisi kelelahan tanpa sempat mengeluarkan pikiranmu, bebanmu, kekesalanmu, kekecewaanmu dan segala hal yang mengganjal dalam dirimu.
Sayang…apakah kamu mengerti aku yang sering diam cemburu ? Apakah kamu sadar kalau betapa sakitnya hatiku ketika aku cemburu namun aku berpura – pura untuk tidak cemburu ? Aku anggap itu sebagai kebohongan pada diriku sendiri hanya karena aku tidak ingin kamu merasa dikekang. Aku ingin kamu tetap berteman dengan normal meskipun ada aku dalam kehidupanmu. Tapi apakah kamu mengerti betapa sakitnya hatiku ketika kamu enggan untuk mengenalkanku pada teman – temanmu atau sebaliknya kamu enggan untuk mengenalkan teman – temanmu padaku ? Kamu memang punya alasan, tapi sadarkah kamu kalau sangat sulit bagiku untuk menerima alasan itu sebagai sesuatu yang rasional ? Mungkin kamu tidak tahu, tapi aku sangat bangga ketika jalan berdampingan denganmu. Ketika semua orang tahu bahwa akulah pendampingmu. Mungkin di mata dunia kamu tak lebih dari pria yang biasa, atau malah sangat biasa. Tapi tidak bagiku. Kamu tahu kalau aku menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, uang bahkan perasaan untuk bisa tampil sesempurna mungkin di matamu ? Aku berupaya sebisa mungkin untuk menjadi apa yang kamu mau hanya karena ingin membuatmu bangga saat kamu mengenalkanku pada dunia bahwa akulah pendampingmu. Maka dari itu aku mulai repot ketika ukuran baju dan celanaku meningkat. Aku panik ketika saat duduk dan ada lipatan di perutku. Aku khawatir ketika ada jerawat yang muncul di wajahku, meski kamu tidak pernah mempermasalahkannya. Aku tidak yakin dengan penampilanku di depan umum ketika bersamamu dan di sana ada banyak wanita yang lebih cantik dariku.
Sayang…aku sangat berterima kasih padamu karena kamu menerimaku apa adanya. Aku tersanjung saat kamu bilang aku tak perlu khawatir dengan berat badan yang bertambah, bahkan kamu mulai menggunakan kata “gendut” sebagai panggilan kesayanganmu untukku. Aku senang. Sungguh. Tapi aku malu pada diriku sendiri saat aku tidak dapat memberikan yang terbaik bagimu. Saat aku tidak dapat tampil seindah mungkin di matamu, karena sebuah penghargaan tertinggi bagiku ketika kamu tersenyum melihatku usai bersolek. Tak apa kamu tidak memujiku dengan sebutan “cantik”, karena memang aku tidak cantik. Tapi melihatmu tersenyum padaku usai aku bersolek merupakan sebuah penghargaan tiada tara atas semua usaha yang telah aku lakukan untukmu. Maka dari itu, aku sangat khawatir kamu akan menemukan yang “lebih” dariku di luar sana. Di saat kamu beraktivitas. Di saat kamu bersama teman – temanmu. Di saat kamu sedang bekerja. Aku mohon jangan pernah merasa risih ketika aku tiba – tiba menelefonmu lalu bertanya kamu ada di mana dan dengan siapa. Aku hanya ingin memastikan kamu masih milikku dan semua usaha yang aku lakukan ini tidak sia – sia atau mendapat respon palsu.
Sayang…tapi maafkan aku. Aku adalah wanitamu yang nakal. Tak jarang mataku masih suka lirik ke sana – kemari. Tapi percayalah, aku tidak melakukan itu untuk mencari penggantimu. Aku pun tidak melakukan lebih dari itu. Aku berupaya sebisa mungkin untuk menjaga diriku sebaik yang aku bisa. Aku selalu ingat pesanmu, “jaga diri baik – baik. Jaga semuanya, ya.” Aku selalu memegang teguh itu. Yakin lah, aku tidak sampai hati mengkhianatimu saat aku sedang tidak denganmu. Hal ini aku lakukan semata – mata sebagai hiburan dengan teman – temanku atau saat aku sedang sangat kesal padamu. Kamu pasti akan menganggap ini adalah exit way yang sangat menyakitkan bagimu, tapi apakah kamu tahu betapa sakitnya aku ketika kamu pun tidak berupaya untuk meyakinkanku untuk memaafkanmu ? Tak jarang kamu pun hanya mengucapkan “maaf” lalu menganggap semuanya selesai. Kamu pergi. Apakah kamu tahu kalau aku ingin kamu merajuk memohon maaf padaku ? Tidak memperlakukanku semena – mena. Bukan berarti aku ingin disembah. Tapi, sayang, aku hanya ingin melihat seberapa besar keinginanmu agar aku memaafkanmu. Aku hanya ingin kamu berusaha lebih.
Sayang…maafkan aku juga yang suka membuatmu bingung kalau aku ngambek tanpa alasan. Aku tahu kamu sudah kehabisan ide untuk membuatku tersenyum, tapi kamu tahu, sayang, kalau jauh dalam lubuk hatiku aku tertawa. Bukan tertawa menang. Bukan tertawa merendahkanmu. Tapi aku bahagia melihat usahamu yang begitu lucu untuk membuatku tersenyum. Dan ketika kamu sudah kehabisan ide, kamu hanya diam dan menyerah. Saat itulah aku sangat ingin memelukmu erat. Saat itu lah salah satu dari momen – momen di mana rasa sayangku bisa tumbuh seiring dengan “jatah” hidup kita yang kian berkurang di dunia ini. Di saat itulah aku sangat beruntung memilikimu dalam hidupku. Menjadi bagian dari hidupmu. Menjadi separuh dari hatimu.
Sayang…terima kasih atas semua yang telah kamu berikan, upayakan dan pengorbananmu. Mungkin aku hanya dapat berterima kasih untuk sepersekian kecil dari itu semua. Aku bukanlah Tuhan yang dapat melihat semua hal yang kamu lakukan. Bukan. Tapi yakinlah, ketika aku mengetahui semua yang kamu lakukan hanya untukku, aku amat sangat berterima kasih dan menghargai setiap hembusan nafasmu untukku. Untuk kita. Untuk segala kekurangan dan kelebihanku.
Sayang…kesalahanku pun tak sedikit, baik yang kamu lihat dan tidak. Tapi kamu selalu percaya kalau aku selalu menjadi “anak yang baik” di belakangmu. Maafkan aku jika sering membuatmu kecewa atau kesal. Kepercayaanmu adalah salah satu hal berharga yang aku miliki di dunia ini. Aku sangat senang ketika kamu tidak pernah mempermasalahkan hal kecil namun aku berhasil menuntutmu akan hal – hal kecil. Lalu tak lama kamu menyadarinya dan kamu ngambek padaku. Lagi – lagi kamu terasa seperti anak kecil yang manja dan marah karena telah aku curangi. Maafkan atas segala kesalahan, kekurangan, dan ketidakmampuanku.
Sayang…sayangnya kita belum halal. Kamu belum milikku sepenuhnya, begitu pun aku kepadamu. Aku yang mulai mengerti akan keistimewaan perilakumu kepadaku membuat aku harus menjaga diriku seutuhnya. Nanti, saat aku menyerahkan semuanya untukmu, aku ingin kamu menjadi imamku seutuhnya. Menjadi seorang pemimpin yang tidak hanya piawai dalam mengendalikan rumah tangga, tapi juga seorang pemimpin hidupku yang menghargai, mengerti dan mampu mengajariku dengan cintamu di bawah naungan cinta – Nya. Tak ada yang aku cari selain cinta Allah, maka dari itu aku pun mencari seorang khalifah – Nya di bumi ini yang dapat menyuburkan cintaku pada – Nya.
Sayang…setiap saat dalam hatiku selalu berdo’a agar aku dapat selalu mencintai segala kekuranganmu. Mengapa ? Karena ketika aku sudah mampu menerima segala kekuranganmu, aku tahu kelebihanmu akan menjadi sebuah anugerah yang indah dari Sang Rabb. Apalah yang lebih indah dari anugerah yang DIa berikan padaku ?
Sayang…aku tahu kamu lelah menahan perasaan ini. Tapi aku mohon bersabarlah, karena aku yakin semuanya akan terasa indah jika tepat pada waktunya. Aku percaya itu. Kamu tahu aku punya cita – cita setinggi hasratmu untuk menjadikanku ratu dalam rumah kita nanti. Kamu tahu aku punya segudang mimpi yang terus aku kejar dan aku tidak pernah lelah, sama halnya dengan dirimu yang tak pernah lelah mencapai puncak kehidupan ini. Percayalah padaku, aku pun sama lelahnya seperti ini. Aku takut Allah semakin cemburu pada kita malah nantinya akan menjauhkan kita.
Sayang…yakinlah seorang pria melamar wanitanya adalah sebuah tindakan penghargaan tertinggi bagi wanita itu. Tak dapat ku bayangkan apa perasaanku ketika kamu menghadap ayahku dan memintaku darinya. Aku enggan berangan indah terlampau jauh. Aku takut jatuh. Aku takut sakit. Aku takut kecewa. Aku serahkan semuanya kepada Rabb Yang Maha Mengatur. Aku hanya bisa melakukan dan memberikan yang terbaik yang aku bisa untukmu dan untuk kita. Biarlah Dia yang menilai usahaku, usahamu dan usaha kita. Mudah –mudahan Dia memaafkan segala kecacatan dalam diriku selama ini. Jika kamu yang terbaik untukku, maka perlakukanlah aku sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Kamu tahu aku wanita yang berbeda dari semua wanita yang sering kamu temui. Maka mengerti dan terimalah aku apa adanya dengan lapang, ikhlas, kasih sayang dan cintamu, karena tak pelak aku pun akan patuh padamu seutuhnya ketika aku sudah sah menjadi pendampingmu. Karena kamulah surgaku nantinya. Kamulah yang akan memimpin hidupku. Kamu lah imamku. Dan tiada lagi yang aku harapkan selain keridhaan Allah dalam setiap hembusan nafasku.
Catatan My Best Friend (SM)
- Teruntuk Menantuku -
Tema
Renungan
Hari ini ku coba untuk menempatkan diriku sebagai ibu mertua. Menyelami rasa yang dimiliki seorang ibu dari putra yang sangat dicintainya. Karena terkadang ibu mertua menjadi saingan bagi istri putranya. Yuk…kita menyimak hatinya.———-***———-
Duhai gadis yang baru ku kenal.Tahukah kau, dia putraku, lahir dari rahim suciku, kupertaruhkan hidupku untuk memilikinya, anak kesayanganku yang sepanjang hidupnya ku besarkan dengan segenap rasa cintaku..Tangan renta ini yang mengangkat tubuh mungilnya, menyuapinya, menyeka air matanya, dan memeluknya dalam dekapanku…
Duhai gadis, tahukah kau betapa besar rasa cintaku padanya? Bahkan aku tak mampu membayangkan bila ada yang merebutnya dari dekapku..
Tahukah kau gadis? Betapa bangga ku rasakan ketika dia mulai beranjak dewasa? Menatap tumbuh menjadi lelaki tegap dan tampan… Seulas senyumnya mengingatkanku pada senyuman ayahnya yang sangat ku cinta…
Betapa hati ini terus diliputi rasa bangga dan buncahan cinta padanya.. Kebangganku.. Putraku..
Berbagai prestasi dia ukir dan memahatny bangga tak terperi dalam lubang rasaku.. Dan ku slalu mrasa puas menyebutnya putraku..Tak sedikitpun dia pernah mengecewakanku.. Tak pernah…
Gadis, tahukah kau, betapa haru hatiku, ketika ku melihat perubahannya, mencoba mengenal Diennya lebih dalam dari yang kami ajarkan padanya.. Dia menjadi laki-laki sejati, lelaki yang dirindukan JANNAH… Aku semakin sayang padanya. Putraku, kini yang malah mengajarkanku banyak hal.. Mendakatkanku pada-Nya, pada Rabbku yang selama ini ku kenal dengan sederhana karena kebodohanku. Tapi ku tak malu, namun sebaliknya, aku smakin bangga padanya.. Putraku, cahayaku..
Namun, semua rasa itu berubah menjadi takut, cemas dan khawatir..Ketika dia menyampaikan padaku keinginannya. Dia ingin menyempurnakan agamanya..Yah.. Dia ingin membangun rumah tangganya sendiri..Dan, dia telah memilih…….., kaulah gadis beruntung itu..
Gadis, tahukah kau? Betapa cemburuku padamu? Yah, aku sangat takut kehilangan putra kesayanganku. Takut kau merebut semua perhatiannya dariku. Takut keberadaanmu, memalingkannya dariku.. Kau akan merebutnya, dan aku cemburu..
Namun, kembali ku sadari, putraku tak akan memilih wanita sembarang.. Ku yakin kau punya kelebihan yang membuatnya memilihmu, dan ku mulai menata hatiku..
Duhai gadis pilihan putraku..Ku harap kau memiliki tangan yang lebih lembut dariku, karena ku tak mau kau melukai putraku..Ku harap kau mpunyai senyum yang lebih sejuk dariku.. Karena kelak, dia akan datang padamu dalam tiap galaunya, untuk mencari ketenangan..Ku harap, kau memiliki pelukan yang lebih hangat dariku.. Karena ku ingin hatinya selalu damai dalam dekapanmu..Ku harap, kau mempunyai tutur kata yang seindah embun, karena ku tak ingin dia mendengar kata-kata kasar dlm hidupnya..
Duhai gadis pilihan putraku.. Jadilah anakku.. Agar tak pernah ku merasa kehilangan putraku karena kehadiranmu..Jadilah sahabatku.. Agar kau dapat mencurahkan rasamu padaku kelak..Jadilah rekanku.. Agar bersama-sama kita lelaki yang sama-sama kita cintai…..
Untukmu gadis pilihan putraku.. Selamat datang d istana kami.. Penuhilah dengan cinta dan kasih.. Semoga kau bahagia menjadi bagian dari kami..
Padamu gadis pilihan putraku.. Akupun akan mencintaimu..
( Sbuah Kebahagiaan jka mndapatkan s'orang mertua yg bs mncitai kita ,,, Hrapan terbesar dr s'orng menantu .. Insya ALLAH amiin :) )
Catatan best friend (SM)
Duhai gadis yang baru ku kenal.Tahukah kau, dia putraku, lahir dari rahim suciku, kupertaruhkan hidupku untuk memilikinya, anak kesayanganku yang sepanjang hidupnya ku besarkan dengan segenap rasa cintaku..Tangan renta ini yang mengangkat tubuh mungilnya, menyuapinya, menyeka air matanya, dan memeluknya dalam dekapanku…
Duhai gadis, tahukah kau betapa besar rasa cintaku padanya? Bahkan aku tak mampu membayangkan bila ada yang merebutnya dari dekapku..
Tahukah kau gadis? Betapa bangga ku rasakan ketika dia mulai beranjak dewasa? Menatap tumbuh menjadi lelaki tegap dan tampan… Seulas senyumnya mengingatkanku pada senyuman ayahnya yang sangat ku cinta…
Betapa hati ini terus diliputi rasa bangga dan buncahan cinta padanya.. Kebangganku.. Putraku..
Berbagai prestasi dia ukir dan memahatny bangga tak terperi dalam lubang rasaku.. Dan ku slalu mrasa puas menyebutnya putraku..Tak sedikitpun dia pernah mengecewakanku.. Tak pernah…
Gadis, tahukah kau, betapa haru hatiku, ketika ku melihat perubahannya, mencoba mengenal Diennya lebih dalam dari yang kami ajarkan padanya.. Dia menjadi laki-laki sejati, lelaki yang dirindukan JANNAH… Aku semakin sayang padanya. Putraku, kini yang malah mengajarkanku banyak hal.. Mendakatkanku pada-Nya, pada Rabbku yang selama ini ku kenal dengan sederhana karena kebodohanku. Tapi ku tak malu, namun sebaliknya, aku smakin bangga padanya.. Putraku, cahayaku..
Namun, semua rasa itu berubah menjadi takut, cemas dan khawatir..Ketika dia menyampaikan padaku keinginannya. Dia ingin menyempurnakan agamanya..Yah.. Dia ingin membangun rumah tangganya sendiri..Dan, dia telah memilih…….., kaulah gadis beruntung itu..
Gadis, tahukah kau? Betapa cemburuku padamu? Yah, aku sangat takut kehilangan putra kesayanganku. Takut kau merebut semua perhatiannya dariku. Takut keberadaanmu, memalingkannya dariku.. Kau akan merebutnya, dan aku cemburu..
Namun, kembali ku sadari, putraku tak akan memilih wanita sembarang.. Ku yakin kau punya kelebihan yang membuatnya memilihmu, dan ku mulai menata hatiku..
Duhai gadis pilihan putraku..Ku harap kau memiliki tangan yang lebih lembut dariku, karena ku tak mau kau melukai putraku..Ku harap kau mpunyai senyum yang lebih sejuk dariku.. Karena kelak, dia akan datang padamu dalam tiap galaunya, untuk mencari ketenangan..Ku harap, kau memiliki pelukan yang lebih hangat dariku.. Karena ku ingin hatinya selalu damai dalam dekapanmu..Ku harap, kau mempunyai tutur kata yang seindah embun, karena ku tak ingin dia mendengar kata-kata kasar dlm hidupnya..
Duhai gadis pilihan putraku.. Jadilah anakku.. Agar tak pernah ku merasa kehilangan putraku karena kehadiranmu..Jadilah sahabatku.. Agar kau dapat mencurahkan rasamu padaku kelak..Jadilah rekanku.. Agar bersama-sama kita lelaki yang sama-sama kita cintai…..
Untukmu gadis pilihan putraku.. Selamat datang d istana kami.. Penuhilah dengan cinta dan kasih.. Semoga kau bahagia menjadi bagian dari kami..
Padamu gadis pilihan putraku.. Akupun akan mencintaimu..
( Sbuah Kebahagiaan jka mndapatkan s'orang mertua yg bs mncitai kita ,,, Hrapan terbesar dr s'orng menantu .. Insya ALLAH amiin :) )
Catatan best friend (SM)
Kamis, 21 Oktober 2010
Pengantar Malam
Tema
Puisi Hati
Kudendangkan sebuah syair syahdu
Berteman akan kerinduan malam
Bersama bintang kemerlip redup
Berdo'a bersama sang sunyi untuk yang di sayang
Yaa Robb Yaa Tuhanku
Selimutilah Dia dengan kasihmu
hangatkan malamnya dalam dekapan Sayangmu
Jagalah selalu dengan kokohnya belain-Mu
Malam kan berlalu dengan terbitnya fajar
Kantuk berlalu dibawa tidur
Lelapkan mata dan Bermimpilah
Bangunlah esok dan ceritakan indahnya mimpimu bersama malammu
Berteman akan kerinduan malam
Bersama bintang kemerlip redup
Berdo'a bersama sang sunyi untuk yang di sayang
Yaa Robb Yaa Tuhanku
Selimutilah Dia dengan kasihmu
hangatkan malamnya dalam dekapan Sayangmu
Jagalah selalu dengan kokohnya belain-Mu
Malam kan berlalu dengan terbitnya fajar
Kantuk berlalu dibawa tidur
Lelapkan mata dan Bermimpilah
Bangunlah esok dan ceritakan indahnya mimpimu bersama malammu
Minggu, 17 Oktober 2010
QS. AR RUUM:34
Tema
Al-Qur'an
"لِيَكْفُرُوا۟ بِمَآ ءَاتَيْنَهُمْ ۚ فَتَمَتَّعُوا۟ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ => sehingga mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu)."
QS. AL MA'AARIJ:11
Tema
Al-Qur'an
"يُبَصَّرُونَهُمْ ۚ يَوَدُّ ٱلْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِى مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍۭ بِبَنِيهِ => sedang mereka saling melihat. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya,"
Rabu, 13 Oktober 2010
Jangan Tunggu, Tapi lakukan, SEKARANG . . . ! ! !
Tema
motto
Jangan menunggu bahagia baru tersenyum.
tapi tersenyumlah, maka Temen2 kian bahagia
Jangan menunggu kaya baru bersedekah.
tapi bersedekahlah, maka Temen2 semakin kaya
Jangan menunggu pasangan yang sempurna baru menikah.
tapi menikahlah, maka kesempurnaan akan hadir dalam hidupmu
-kunci pernikahan yang sempurna adalah tidak mengharapkan kesempurnaan-
Jangan menunggu termotivasi baru bergerak.
tapi bergeraklah, maka Temen2 akan termotivasi
Jangan menunggu dipedulikan orang baru Temen2 peduli,
tapi pedulilah dengan orang lain! maka Temen2 akan dipedulikan...
Jangan menunggu orang memahami Temen2 baru kita memahami dia,
tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan Temen2
Jangan menunggu terinspirasi baru menulis.
tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu
Jangan menunggu proyek baru bekerJa.
tapi berkerJalah, maka proyek akan menunggumu
Jangan menunggu dicintai baru mencintai.
tapi belaJarlah mencintai, maka Temen2 akan dicintai
Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang,
tapi hiduplah dengan tenang, Insya Allah bukan sekadar uang yang datang,
Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti.
tapi bergeraklah, maka Temen2 akan menJadi contoh yang diikuti
Jangan menunggu sukses baru bersyukur.
tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu
Jangan menunggu bisa baru melakukan,
tapi lakukanlah! Temen2 pasti bisa!
Para Pecundang selalu menunggu Bukti
dan Para Pemenang Selalu MenJadi Bukti
Seribu kata mutiara akan dikalahkan Satu Aksi Nyata!
WAIT LESS DO MORE!!!
Insya Allah...
tapi tersenyumlah, maka Temen2 kian bahagia
Jangan menunggu kaya baru bersedekah.
tapi bersedekahlah, maka Temen2 semakin kaya
Jangan menunggu pasangan yang sempurna baru menikah.
tapi menikahlah, maka kesempurnaan akan hadir dalam hidupmu
-kunci pernikahan yang sempurna adalah tidak mengharapkan kesempurnaan-
Jangan menunggu termotivasi baru bergerak.
tapi bergeraklah, maka Temen2 akan termotivasi
Jangan menunggu dipedulikan orang baru Temen2 peduli,
tapi pedulilah dengan orang lain! maka Temen2 akan dipedulikan...
Jangan menunggu orang memahami Temen2 baru kita memahami dia,
tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan Temen2
Jangan menunggu terinspirasi baru menulis.
tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu
Jangan menunggu proyek baru bekerJa.
tapi berkerJalah, maka proyek akan menunggumu
Jangan menunggu dicintai baru mencintai.
tapi belaJarlah mencintai, maka Temen2 akan dicintai
Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang,
tapi hiduplah dengan tenang, Insya Allah bukan sekadar uang yang datang,
Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti.
tapi bergeraklah, maka Temen2 akan menJadi contoh yang diikuti
Jangan menunggu sukses baru bersyukur.
tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu
Jangan menunggu bisa baru melakukan,
tapi lakukanlah! Temen2 pasti bisa!
Para Pecundang selalu menunggu Bukti
dan Para Pemenang Selalu MenJadi Bukti
Seribu kata mutiara akan dikalahkan Satu Aksi Nyata!
WAIT LESS DO MORE!!!
Insya Allah...
Si Anak Dan Persegi
Tema
kisah motivasi,
Renungan
Di suatu senja, duduklah seorang ibu yang sedang membantu anak-anaknya mengulang-ulang pelajaran mereka. Sang ibu memberi putra kecilnya yang berusia 4 tahun sebuah buku gambar agar tidak mengganggunya dalam memberikan keterangan terhadap pelajaran saudara-saudaranya yang lain.
Tiba-tiba sang ibu teringat bahwa dia belum menghadirkan makan malam untuk ayah suaminya (mertuanya), seorang yang sudah lanjut, dan hidup bersama mereka di sebuah kamar di luar bangunan rumah, yaitu di pelataran rumah. Adalah sang ibu melayaninya sesuai dengan kemampuannya, dan sang suami ridha dengan pelayanan terhadap ayahnya yang tidak meninggalkan kamarnya karena kesehatannya yang lemah.
Sang ibupun cepat-cepat memberi sang mertua makanan. Dan bertanya kepadanya, apakah sang ayah membutuhkan pelayanan lain, lalu dia pergi meninggalkannya.
Saat dia kembali ke tempatnya bersama dengan putra-putranya, dia memperhatikan bahwa anak bungsunya tengah menggambar lingkaran dan persegi. Dan meletakkan di dalam lingkaran dan persegi tersebut simbol-simbol. Maka sang ibupun bertanya: Apa yang kamu gambar?
Dia menjawab dengan penuh kecerdasan: "Sesungguhnya aku tengah menggambar rumahku yang nanti aku akan tinggal di dalamnya saat aku dewasa dan menikah."
Jawaban si anak menggembirakan sang ibu. Lalu sang ibu bertanya: Di mana engkau akan tidur?" Si anakpun memperlihatkan kepada sang ibu setiap persegi dan berkata: "ini adalah kamar tidur....ini dapur ... ini ruang tamu.." Dia menghitung-hitung apa saja yang dia ketahui dari ruang ruang di rumah.
Lantas dia meninggalkan satu kotak persegi yang sendirian di luar daerah yang telah dia gambar yang mencakup keseluruhan kamar.
Sang ibu pun terheran, dan berkata: "Lalu mengapa kamar ini ada di luar rumah? Terpisah dari kamar kamar yang lain?
Si anak menjawab: "Kamar tersebut untuk ibu, aku akan meletakkan ibu di sana, ibu akan hidup di sana sendirian sebagaimana kakekku yang sudah tua."
Sang ibupun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putranya!!!
"Apakah aku akan sendirian di luar rumah di pelataran rumah tanpa bisa bersenang-senang dengan berbicara bersama anak-anakku? Aku tidak bisa berbahagia dengan ucapan ucapan mereka, kebahagiaan mereka,dan permainan mereka saat aku lemah, tidak mampu menggerakkan tubuh? Siapa yang aku ajak bicara saat itu? Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku sendirian di antara empat dinding tanpa bisa mendengar suara anggota keluargaku??
Maka sang ibu cepat-cepat memanggil pembantu, kemudian dengan cepat memindah perabotan ruang tamu yang biasanya merupakan ruang yang paling baik, kemudian menghadirkan ranjang ayah suaminya, lalu memindah perabotan ruang tamu ke dalam kamar sang kakek di pelataran rumah.
Di saat sang suami pulang, dia terperanjat dengan apa yang dia lihat, dan takjub, lalu bertanya apa penyebab perubahan ini?
Sang istri menjawab dengan air mata yang berlinangan di kedua matanya: "Sesungguhnya aku memilih ruang yang paling indah untuk kita hidup didalamnya jika Allah memberikan kepada kita umur sampai usia lanjut yang lemah untuk bergerak. Dan biarlah tamu berada di ruang luar di pelataran rumah."
Sang suamipun faham apa yang dimaksud oleh sang istri, lalu memuji perbuatannya terhadap ayahnya yang tengah melihat kepada mereka dengan senyuman dan pandangan mata keridhaan. Sementara sang anak... dia menghapus gambarnya... dan tersenyum.
Tiba-tiba sang ibu teringat bahwa dia belum menghadirkan makan malam untuk ayah suaminya (mertuanya), seorang yang sudah lanjut, dan hidup bersama mereka di sebuah kamar di luar bangunan rumah, yaitu di pelataran rumah. Adalah sang ibu melayaninya sesuai dengan kemampuannya, dan sang suami ridha dengan pelayanan terhadap ayahnya yang tidak meninggalkan kamarnya karena kesehatannya yang lemah.
Sang ibupun cepat-cepat memberi sang mertua makanan. Dan bertanya kepadanya, apakah sang ayah membutuhkan pelayanan lain, lalu dia pergi meninggalkannya.
Saat dia kembali ke tempatnya bersama dengan putra-putranya, dia memperhatikan bahwa anak bungsunya tengah menggambar lingkaran dan persegi. Dan meletakkan di dalam lingkaran dan persegi tersebut simbol-simbol. Maka sang ibupun bertanya: Apa yang kamu gambar?
Dia menjawab dengan penuh kecerdasan: "Sesungguhnya aku tengah menggambar rumahku yang nanti aku akan tinggal di dalamnya saat aku dewasa dan menikah."
Jawaban si anak menggembirakan sang ibu. Lalu sang ibu bertanya: Di mana engkau akan tidur?" Si anakpun memperlihatkan kepada sang ibu setiap persegi dan berkata: "ini adalah kamar tidur....ini dapur ... ini ruang tamu.." Dia menghitung-hitung apa saja yang dia ketahui dari ruang ruang di rumah.
Lantas dia meninggalkan satu kotak persegi yang sendirian di luar daerah yang telah dia gambar yang mencakup keseluruhan kamar.
Sang ibu pun terheran, dan berkata: "Lalu mengapa kamar ini ada di luar rumah? Terpisah dari kamar kamar yang lain?
Si anak menjawab: "Kamar tersebut untuk ibu, aku akan meletakkan ibu di sana, ibu akan hidup di sana sendirian sebagaimana kakekku yang sudah tua."
Sang ibupun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putranya!!!
"Apakah aku akan sendirian di luar rumah di pelataran rumah tanpa bisa bersenang-senang dengan berbicara bersama anak-anakku? Aku tidak bisa berbahagia dengan ucapan ucapan mereka, kebahagiaan mereka,dan permainan mereka saat aku lemah, tidak mampu menggerakkan tubuh? Siapa yang aku ajak bicara saat itu? Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku sendirian di antara empat dinding tanpa bisa mendengar suara anggota keluargaku??
Maka sang ibu cepat-cepat memanggil pembantu, kemudian dengan cepat memindah perabotan ruang tamu yang biasanya merupakan ruang yang paling baik, kemudian menghadirkan ranjang ayah suaminya, lalu memindah perabotan ruang tamu ke dalam kamar sang kakek di pelataran rumah.
Di saat sang suami pulang, dia terperanjat dengan apa yang dia lihat, dan takjub, lalu bertanya apa penyebab perubahan ini?
Sang istri menjawab dengan air mata yang berlinangan di kedua matanya: "Sesungguhnya aku memilih ruang yang paling indah untuk kita hidup didalamnya jika Allah memberikan kepada kita umur sampai usia lanjut yang lemah untuk bergerak. Dan biarlah tamu berada di ruang luar di pelataran rumah."
Sang suamipun faham apa yang dimaksud oleh sang istri, lalu memuji perbuatannya terhadap ayahnya yang tengah melihat kepada mereka dengan senyuman dan pandangan mata keridhaan. Sementara sang anak... dia menghapus gambarnya... dan tersenyum.
Langganan:
Komentar (Atom)