Muhammad bin Bakr Al Khuza'i meriwayatkan: ada seorang wanita yang mempunyai anak lelaki, lalu anak itu hilang lama sekali, dan wanita itu telah putus asa dalam mencarinya, pada suatu hari wanita itu duduk dan makan, ketika dia baru membelah rotinya dan akan memasukkan ke mulutnya, datanglah seorang pengemis meminta makan, maka wanita itu mengurungkan niatnya memakan roti dan memberikan serta bersedekah dengan roti itu semuanya kepada pengemis itu, maka dia menjalani malam dan siang harinya dalam keadaan lapar.
Setelah berlalu beberapa hari, datanglah anaknya. Anaknya menceritakan kepada ibunya pengalaman yang mengerikan yang terjadi pada dirinya. Anak itu bercerita: pengalaman yang mengerikan itu terjadi ketika aku sedang melintasi hutan di daerah tertentu, tiba-tiba datanglah seekor singa, dia menerkamku di punggung keledai yang aku tunggangi. Singa itu menancapkan taringnya pada ransel yang aku bawa yang berisi pakaianku dan bekal. Tetapi taringnya yang besar itu tidak sampai ke badanku, hanya saja aku sangat ketakutan dan kebingungan yang membuat akalku tidak dapat berpikir, lalu singa itu menyeretku memasuki hutan yang ada di sana, lalu singa itu meletakkan aku untuk dimangsanya.
Tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang sangat besar badannya serta berbaju putih, dia mendekati singa itu dan menangkapnya tanpa mempergunakan senjata, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan membantingnya ke tanah, lalu dia berkata: "Bangunlah, sesuap dengan sesuap." Singa itupun berlari, kesadaranku kembali akupun mencari orang itu tetapi aku tidak menemukannya, kemudian aku duduk di tempatku beberapa saat sampai kekuatanku kembali, lalu aku periksa diriku dan tidak aku dapati luka sedikitpun, maka aku berjalan menyusul rombonganku, merekapun terkejut dan merasa takjub ketika melihatku, lalu aku menceritakan kejadian yang aku alami kepada mereka, tetapi aku tidak mengerti makna ucapan orang yang menolongku: "Sesuap dengan sesuap."
Sang ibupun mencocokkan kejadian itu. Ternyata saat itu bertepatan setelah dia membatalkan memakan roti lalu disedekahkan.
Jika Bukan Kamu sendiri Yang mengalahkannya, Maka kamu sendiri yang akan terbunuh oleh Waktu
Kamis, 26 Agustus 2010
KISAH BEJANA EMAS
Tema
al-Hadist,
kisah motivasi
Ambillah emas mu ini, karena sesungguhnya dulu aku cuma membeli tanah dari kamu dan tidak membeli emas" kata si pembeli sambil menyodorkan bejana berisi emas. "Tidak usah, dahulu saya menjual tanah itu berserta segala isi yang terkandung di dalamnya kepadamu". Jawab si penjual yang rupanya tak kalah jujur. Tanpa di sadari, si penjual dan si pembeli terus berdebat dan saling membenarkan yang mereka katakan. Mereka sama-sama merasa tak berhak memiliki bejana berisi emas itu.
Akhirnya mereka berdua mengadukan permasalahan tersebut kepada seorang hakim untuk sekedar memastikan siapa yang mempunyai hak atas bejana berisi emas itu. Setelah mendengar cerita tersebut, sang hakim pun merasa kagum akan kejujuran mereka berdua. Jarang sekali ada orang menolak kekayaan seperti itu.
Hakim tersebut kemudian bertanya, "Apakah setiap dari kalian berdua memiliki anak?". "Ya, bapak Hakim. Saya memiliki anak lelaki yang sudah dewasa," jawab si pembeli. Tak mau kalah, si penjual tanah lantas menimpali, "sama seperti dia, saya juga memiliki seorang anak perempuan yang sudah dewasa."
Setelah mendengar hal tersebut, hakim menjadi gembira karena menemukan jalan keluarnya yang adil bagi pihak penjual dan pembeli tanah. Kemudian si hakim pun memberikan keputusan, "Kalau begitu, nikahkan saja anak lelaki pembeli tanah dengan anak perempuan penjual tanah, dan berikanlah bejana berisi emas tersebut kepada mereka berdua agar bisa dimanfaatkan sebagai bekal masa depan". Akhirnya, mereka berdua dengan gembira menerima keputusan hakim tersebut dan menikahkan kedua anak itu.
Rasulullah SAW bersabda: "Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta" (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)
Akhirnya mereka berdua mengadukan permasalahan tersebut kepada seorang hakim untuk sekedar memastikan siapa yang mempunyai hak atas bejana berisi emas itu. Setelah mendengar cerita tersebut, sang hakim pun merasa kagum akan kejujuran mereka berdua. Jarang sekali ada orang menolak kekayaan seperti itu.
Hakim tersebut kemudian bertanya, "Apakah setiap dari kalian berdua memiliki anak?". "Ya, bapak Hakim. Saya memiliki anak lelaki yang sudah dewasa," jawab si pembeli. Tak mau kalah, si penjual tanah lantas menimpali, "sama seperti dia, saya juga memiliki seorang anak perempuan yang sudah dewasa."
Setelah mendengar hal tersebut, hakim menjadi gembira karena menemukan jalan keluarnya yang adil bagi pihak penjual dan pembeli tanah. Kemudian si hakim pun memberikan keputusan, "Kalau begitu, nikahkan saja anak lelaki pembeli tanah dengan anak perempuan penjual tanah, dan berikanlah bejana berisi emas tersebut kepada mereka berdua agar bisa dimanfaatkan sebagai bekal masa depan". Akhirnya, mereka berdua dengan gembira menerima keputusan hakim tersebut dan menikahkan kedua anak itu.
Rasulullah SAW bersabda: "Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta" (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)
Gugur Satu Tumbuh Seribu
Tema
al-Hadist,
kisah motivasi
Pada zaman dahulu kala, sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, hiduplah seorang raja. Dia memiliki seorang tukang sihir yang sudah tua. Suatu ketika, tukang sihir ini berkata kepada raja, "Sesungguhnya saya telah lanjut usia, maka utuslah kepada saya seorang pemuda agar saya mengajarinya ilmu sihir." Si tukang sihir ini menginginkan agar ada generasi muda yang dapat meneruskan ilmu sihirnya. Lalu sang raja mengutus seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.
Ketika dalam perjalanan, pemuda yang diutus itu menjumpai seorang Rahib (seorang Nasrani yang ahli ibadah). Lalu pemuda itu duduk di hadapan sang Rahib dan mendengarkan ucapannya. Ternyata Pemuda ini terkesan dengan perkataan sang Rahib.
Akhirnya, setiap kali pemuda ini ingin menemui si Tukang Sihir, ia selalu menemui si Rahib dahulu untuk duduk kepadanya. Setelah itu barulah dia menemui si Tukang Sihir. Dan setiap kali dia bertemu si Tukang Sihir, pemuda ini selalu dipukul karena selalu terlambat. Terlambat gara-gara selalu menemui si Rahib dalam perjalanan.
Karena selalu dipukul, pemuda ini melaporkannya kepada si Rahib. Rahib lalu menanggapinya, "Kalau kamu takut tukang sihir, maka katakanlah: 'Saya tertahan oleh keluarga saya', dan apabila kamu takut pada keluargamu, maka katakanlah: 'Saya tertahan oleh Tukang Sihir.'"
Nah, pada suatu hari Pemuda ini memergoki seekor binatang besar yang merintangi orang banyak. Lalu dia berkata, "Hari ini saya akan mengetahui, tukang sihir yang lebih afdhal ataukah rahib yang lebih afdhal?"
Lalu dia ambil sebuah batu dan berdoa, "Ya Allah, jikalau perkara sang Rahib yang lebih Engkau cintai daripada perkara tukang sihir, maka bunuhlah hewan ini sehingga orang-orang bisa berlalu."
Kemudian dia lemparkan batu itu dan berhasil membunuhnya. Sehingga orang lain pun dapat meneruskan perjalanan.
Akhirnya, Pemuda ini mendatangi Rahib dan menceritakan kejadian barusan kepadanya. Menanggapi hal tersebut, Rahib berkata, "Hai Putraku, engkau sekarang lebih utama daripada aku, perkaramu telah sampai pada apa yang aku lihat. Dan sesungguhnya engkau bakal diuji. Jika engkau benar-benar diuji maka janganlah engkau menunjukkan kepada aku."
Singkat cerita, maka jadilah Pemuda ini sebagai orang yang bisa menyembuhkan buta bawaan, sopak, dan mengobati orang-orang dari semua penyakit (dengan izin Allah).
Suatu ketika, ada seorang buta yang mendengar tentang hal ini. Si buta ini adalah teman dekat Raja. Dia lalu mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang melimpah. Si Buta berkata, "Semua yang ada di sini adalah untukmu jika kamu bisa menyembuhkan aku."
Lalu si Pemuda tadi menanggapinya, "Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta'ala. Jika Anda beriman kepada Allah Ta'ala saya akan memohon kepada Allah, maka Dia pasti menyembuhkanmu."
Kemudian si Buta beriman kepada Allah, dan Allah membuatnya sembuh.
Orang yang tadinya buta itu kemudian mendatangi raja dan duduk menemaninya sebagaimana selama ini ia duduk menemani Raja. Sang Raja melihat dia sudah tidak buta lagi. Kemudian bertanya, "Siapa yang telah mengembalikan kebutaanmu ini?"
"Tuhanku dan Tuhan Anda adalah Allah" jawab teman Raja itu.
Akibat perkataannya itu sang Raja menghukum dan terus menyiksanya, sampai ia menunjukkan tentang adanya seorang Pemuda. Akhirnya Pemuda itu pun didatangkan dan Raja berkata kepadanya, "Hai Putraku, sihirmu telah sampai pada tingkat menyembuhkan penyakit buta bawaan, sopak, dan engkau telah berbuat dan berbuat!"
Maka si Pemuda menjawabnya, "Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan siapa pun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta'ala." Akibat perkataannya itu, sang Raja menghukumnya dan terus menyiksanya, hingga ia memberitahu adanya seorang Rahib.
Akhirnya si Rahib didatangkan pula. Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Tapi si Rahib menolaknya.
Sehingga Raja memerintahkan untuk mengambil gergaji. Gergaji itu diletakkan di tengah kepalanya, lalu dibelahnya kepala itu, hingga robohlah kedua belahannya.
Kemudian teman dekat Raja yang sudah tidak buta itu dihadirkan lagi. Sang Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu itu!" Dia pun menolaknya. Maka gergaji diletakkan di tengah-tengah kepalanya, dan dia dibelah hingga roboh kedua belahannya itu.
Kemudian si Pemuda itu dihadirkan. Sang Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Sang Pemuda menolaknya. Sehingga sang Raja menyodorkan pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya. Sang Raja memerintahkan, "Pergilah, bawa ia ke gunung ini dan itu, dan jika kamu telah sampai pada puncaknya, maka jika ia meninggalkan agamanya, bebaskan dia. Tetapi jika tidak, maka lemparkan dia."
Sekelompok sahabat Raja tadi membawa pemuda itu ke pergi ke puncak gunung. Pemuda itu pun berdo'a, "Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Lalu tiba-tiba gunung bergetar, menggoncang para sahabat Raja dan mereka berjatuhan.
Akhirnya Pemuda tersebut berjalan menuju Raja. Raja heran dan bertanya kepadanya, "Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?"
"Allah ta'ala telah mencukupi aku terhadap mereka" jawab Pemuda itu.
Akhirnya sang Raja menyerahkan Pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya lagi. Dia memerintahkan, "Bawalah dia dan naikkan dia di atas sebuah perahu hingga ke tengah laut. Jika dia meninggalkan agamanya, maka lepaskan. Jika tidak, maka ceburkan dia."
Maka sekonyong-konyong para sahabat Raja itu membawanya. Si Pemuda ini lalu berdoa lagi, "Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Maka tiba-tiba kapal pun terbalik dan mereka mati tenggelam.
Pemuda ini lalu berjalan lagi mendatangi Raja. Raja terheran-heran lagi, dan dia bertanya, "Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?"
Si Pemuda menjawabnya, "Allah Ta'ala telah mencukupi aku terhadap mereka." Lantas Pemuda ini berkata lagi, "Sesungguhnya Anda tidak bisa membunuh saya hingga Anda mau mengerjakan apa yang saya perintahkan kepada Anda."
"Apa itu?" tanya Raja.
"Anda kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang, dan Anda salib saya di atas pohon korma. Kemudian ambillah satu anak panah dari tempat penyimpanan anak panah saya. Kemudian letakkan anak panah tepat pada tengah-tengah busur, kemudian ucapkanlah: 'Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya Pemuda ini'. Kemudian panahlah saya. Maka sesungguhnya jika Anda melakukan hal tersebut maka Anda pasti bisa membunuh saya", jawab Pemuda itu dengan rinci.
Akhirnya sang Raja menuruti saran Pemuda itu. Dia kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang. Dia juga menyalib Pemuda itu di atas batang pohon korma. Kemudian dia ambil satu anak panah dari kantongnya, dia letakkan di tengah-tengah busur panah, dan dia mengucapkan, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya pemuda ini." Kemudian dia bidikkan anak panah itu kepadanya. Anak panah itu tepat mengenai pelipis Pemuda itu. Si Pemuda meletakkan tangannya pada pelipisnya, kemudian dia meninggal.
Dari peristiwa itu, ternyata orang-orang banyak yang mengatakan, "Kami beriman dengan Tuhannya pemuda ini."
Sang Raja diberitahu tentang kondisi tersebut. Dia menerima laporan seperti ini: "Apakah Anda melihat apa yang dulu Anda khawatirkan? Orang-orang telah beriman."
Sang Raja lalu memerintahkan menggali parit di mulut-mulut jalan yang ada di antara rumah-rumah. Parit pun di gali dan api dikobarkan di dalamnya.
Raja berkata, "Siapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkan ia ke dalamnya!" Sehingga setiap orang yang tidak mau keluar dari agamanya, diperintahkan oleh Raja: "Masuklah (ke dalam parit)!"
Mereka melakukan hal tersebut terus menerus hingga datang seorang wanita. Bersama wanita ini juga ada seorang pemuda cilik miliknya. Wanita itu enggan untuk menceburkan diri ke dalam api. Maka si pemuda cilik tersebut berkata kepadanya, "Ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada di atas yang benar."
HIKMAH
Demikianlah sebuah kisah nyata yang disampaikan dari Rasulullah SAW. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dalam kisah ini. Di antaranya, bahwa pengorbanan nyawa seorang pemuda, justru telah menjadikan masyarakat luas ikut beriman kepada Allah. Pengorbanannya, keistiqomahannya, kesabarannya, dan iman pemuda itu kepada Allah hingga nyawa taruhannya, bahkan turut menjadikan seorang anak cilik beriman kepada Allah, dan si cilik itu meneguhkan pendirian ibunya. Subhanallah. Sungguh luar biasa pengorbanan di jalan Allah. "Gugur satu tumbuh seribu"...
Maraji' : Hadits Riwayat Bukhari
Ketika dalam perjalanan, pemuda yang diutus itu menjumpai seorang Rahib (seorang Nasrani yang ahli ibadah). Lalu pemuda itu duduk di hadapan sang Rahib dan mendengarkan ucapannya. Ternyata Pemuda ini terkesan dengan perkataan sang Rahib.
Akhirnya, setiap kali pemuda ini ingin menemui si Tukang Sihir, ia selalu menemui si Rahib dahulu untuk duduk kepadanya. Setelah itu barulah dia menemui si Tukang Sihir. Dan setiap kali dia bertemu si Tukang Sihir, pemuda ini selalu dipukul karena selalu terlambat. Terlambat gara-gara selalu menemui si Rahib dalam perjalanan.
Karena selalu dipukul, pemuda ini melaporkannya kepada si Rahib. Rahib lalu menanggapinya, "Kalau kamu takut tukang sihir, maka katakanlah: 'Saya tertahan oleh keluarga saya', dan apabila kamu takut pada keluargamu, maka katakanlah: 'Saya tertahan oleh Tukang Sihir.'"
Nah, pada suatu hari Pemuda ini memergoki seekor binatang besar yang merintangi orang banyak. Lalu dia berkata, "Hari ini saya akan mengetahui, tukang sihir yang lebih afdhal ataukah rahib yang lebih afdhal?"
Lalu dia ambil sebuah batu dan berdoa, "Ya Allah, jikalau perkara sang Rahib yang lebih Engkau cintai daripada perkara tukang sihir, maka bunuhlah hewan ini sehingga orang-orang bisa berlalu."
Kemudian dia lemparkan batu itu dan berhasil membunuhnya. Sehingga orang lain pun dapat meneruskan perjalanan.
Akhirnya, Pemuda ini mendatangi Rahib dan menceritakan kejadian barusan kepadanya. Menanggapi hal tersebut, Rahib berkata, "Hai Putraku, engkau sekarang lebih utama daripada aku, perkaramu telah sampai pada apa yang aku lihat. Dan sesungguhnya engkau bakal diuji. Jika engkau benar-benar diuji maka janganlah engkau menunjukkan kepada aku."
Singkat cerita, maka jadilah Pemuda ini sebagai orang yang bisa menyembuhkan buta bawaan, sopak, dan mengobati orang-orang dari semua penyakit (dengan izin Allah).
Suatu ketika, ada seorang buta yang mendengar tentang hal ini. Si buta ini adalah teman dekat Raja. Dia lalu mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang melimpah. Si Buta berkata, "Semua yang ada di sini adalah untukmu jika kamu bisa menyembuhkan aku."
Lalu si Pemuda tadi menanggapinya, "Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta'ala. Jika Anda beriman kepada Allah Ta'ala saya akan memohon kepada Allah, maka Dia pasti menyembuhkanmu."
Kemudian si Buta beriman kepada Allah, dan Allah membuatnya sembuh.
Orang yang tadinya buta itu kemudian mendatangi raja dan duduk menemaninya sebagaimana selama ini ia duduk menemani Raja. Sang Raja melihat dia sudah tidak buta lagi. Kemudian bertanya, "Siapa yang telah mengembalikan kebutaanmu ini?"
"Tuhanku dan Tuhan Anda adalah Allah" jawab teman Raja itu.
Akibat perkataannya itu sang Raja menghukum dan terus menyiksanya, sampai ia menunjukkan tentang adanya seorang Pemuda. Akhirnya Pemuda itu pun didatangkan dan Raja berkata kepadanya, "Hai Putraku, sihirmu telah sampai pada tingkat menyembuhkan penyakit buta bawaan, sopak, dan engkau telah berbuat dan berbuat!"
Maka si Pemuda menjawabnya, "Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan siapa pun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta'ala." Akibat perkataannya itu, sang Raja menghukumnya dan terus menyiksanya, hingga ia memberitahu adanya seorang Rahib.
Akhirnya si Rahib didatangkan pula. Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Tapi si Rahib menolaknya.
Sehingga Raja memerintahkan untuk mengambil gergaji. Gergaji itu diletakkan di tengah kepalanya, lalu dibelahnya kepala itu, hingga robohlah kedua belahannya.
Kemudian teman dekat Raja yang sudah tidak buta itu dihadirkan lagi. Sang Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu itu!" Dia pun menolaknya. Maka gergaji diletakkan di tengah-tengah kepalanya, dan dia dibelah hingga roboh kedua belahannya itu.
Kemudian si Pemuda itu dihadirkan. Sang Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Sang Pemuda menolaknya. Sehingga sang Raja menyodorkan pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya. Sang Raja memerintahkan, "Pergilah, bawa ia ke gunung ini dan itu, dan jika kamu telah sampai pada puncaknya, maka jika ia meninggalkan agamanya, bebaskan dia. Tetapi jika tidak, maka lemparkan dia."
Sekelompok sahabat Raja tadi membawa pemuda itu ke pergi ke puncak gunung. Pemuda itu pun berdo'a, "Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Lalu tiba-tiba gunung bergetar, menggoncang para sahabat Raja dan mereka berjatuhan.
Akhirnya Pemuda tersebut berjalan menuju Raja. Raja heran dan bertanya kepadanya, "Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?"
"Allah ta'ala telah mencukupi aku terhadap mereka" jawab Pemuda itu.
Akhirnya sang Raja menyerahkan Pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya lagi. Dia memerintahkan, "Bawalah dia dan naikkan dia di atas sebuah perahu hingga ke tengah laut. Jika dia meninggalkan agamanya, maka lepaskan. Jika tidak, maka ceburkan dia."
Maka sekonyong-konyong para sahabat Raja itu membawanya. Si Pemuda ini lalu berdoa lagi, "Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Maka tiba-tiba kapal pun terbalik dan mereka mati tenggelam.
Pemuda ini lalu berjalan lagi mendatangi Raja. Raja terheran-heran lagi, dan dia bertanya, "Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?"
Si Pemuda menjawabnya, "Allah Ta'ala telah mencukupi aku terhadap mereka." Lantas Pemuda ini berkata lagi, "Sesungguhnya Anda tidak bisa membunuh saya hingga Anda mau mengerjakan apa yang saya perintahkan kepada Anda."
"Apa itu?" tanya Raja.
"Anda kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang, dan Anda salib saya di atas pohon korma. Kemudian ambillah satu anak panah dari tempat penyimpanan anak panah saya. Kemudian letakkan anak panah tepat pada tengah-tengah busur, kemudian ucapkanlah: 'Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya Pemuda ini'. Kemudian panahlah saya. Maka sesungguhnya jika Anda melakukan hal tersebut maka Anda pasti bisa membunuh saya", jawab Pemuda itu dengan rinci.
Akhirnya sang Raja menuruti saran Pemuda itu. Dia kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang. Dia juga menyalib Pemuda itu di atas batang pohon korma. Kemudian dia ambil satu anak panah dari kantongnya, dia letakkan di tengah-tengah busur panah, dan dia mengucapkan, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya pemuda ini." Kemudian dia bidikkan anak panah itu kepadanya. Anak panah itu tepat mengenai pelipis Pemuda itu. Si Pemuda meletakkan tangannya pada pelipisnya, kemudian dia meninggal.
Dari peristiwa itu, ternyata orang-orang banyak yang mengatakan, "Kami beriman dengan Tuhannya pemuda ini."
Sang Raja diberitahu tentang kondisi tersebut. Dia menerima laporan seperti ini: "Apakah Anda melihat apa yang dulu Anda khawatirkan? Orang-orang telah beriman."
Sang Raja lalu memerintahkan menggali parit di mulut-mulut jalan yang ada di antara rumah-rumah. Parit pun di gali dan api dikobarkan di dalamnya.
Raja berkata, "Siapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkan ia ke dalamnya!" Sehingga setiap orang yang tidak mau keluar dari agamanya, diperintahkan oleh Raja: "Masuklah (ke dalam parit)!"
Mereka melakukan hal tersebut terus menerus hingga datang seorang wanita. Bersama wanita ini juga ada seorang pemuda cilik miliknya. Wanita itu enggan untuk menceburkan diri ke dalam api. Maka si pemuda cilik tersebut berkata kepadanya, "Ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada di atas yang benar."
HIKMAH
Demikianlah sebuah kisah nyata yang disampaikan dari Rasulullah SAW. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dalam kisah ini. Di antaranya, bahwa pengorbanan nyawa seorang pemuda, justru telah menjadikan masyarakat luas ikut beriman kepada Allah. Pengorbanannya, keistiqomahannya, kesabarannya, dan iman pemuda itu kepada Allah hingga nyawa taruhannya, bahkan turut menjadikan seorang anak cilik beriman kepada Allah, dan si cilik itu meneguhkan pendirian ibunya. Subhanallah. Sungguh luar biasa pengorbanan di jalan Allah. "Gugur satu tumbuh seribu"...
Maraji' : Hadits Riwayat Bukhari
Gugur Satu Tumbuh Seribu
Tema
al-Hadist,
kisah motivasi
Pada zaman dahulu kala, sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, hiduplah seorang raja. Dia memiliki seorang tukang sihir yang sudah tua. Suatu ketika, tukang sihir ini berkata kepada raja, "Sesungguhnya saya telah lanjut usia, maka utuslah kepada saya seorang pemuda agar saya mengajarinya ilmu sihir." Si tukang sihir ini menginginkan agar ada generasi muda yang dapat meneruskan ilmu sihirnya. Lalu sang raja mengutus seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.
Ketika dalam perjalanan, pemuda yang diutus itu menjumpai seorang Rahib (seorang Nasrani yang ahli ibadah). Lalu pemuda itu duduk di hadapan sang Rahib dan mendengarkan ucapannya. Ternyata Pemuda ini terkesan dengan perkataan sang Rahib.
Akhirnya, setiap kali pemuda ini ingin menemui si Tukang Sihir, ia selalu menemui si Rahib dahulu untuk duduk kepadanya. Setelah itu barulah dia menemui si Tukang Sihir. Dan setiap kali dia bertemu si Tukang Sihir, pemuda ini selalu dipukul karena selalu terlambat. Terlambat gara-gara selalu menemui si Rahib dalam perjalanan.
Karena selalu dipukul, pemuda ini melaporkannya kepada si Rahib. Rahib lalu menanggapinya, "Kalau kamu takut tukang sihir, maka katakanlah: 'Saya tertahan oleh keluarga saya', dan apabila kamu takut pada keluargamu, maka katakanlah: 'Saya tertahan oleh Tukang Sihir.'"
Nah, pada suatu hari Pemuda ini memergoki seekor binatang besar yang merintangi orang banyak. Lalu dia berkata, "Hari ini saya akan mengetahui, tukang sihir yang lebih afdhal ataukah rahib yang lebih afdhal?"
Lalu dia ambil sebuah batu dan berdoa, "Ya Allah, jikalau perkara sang Rahib yang lebih Engkau cintai daripada perkara tukang sihir, maka bunuhlah hewan ini sehingga orang-orang bisa berlalu."
Kemudian dia lemparkan batu itu dan berhasil membunuhnya. Sehingga orang lain pun dapat meneruskan perjalanan.
Akhirnya, Pemuda ini mendatangi Rahib dan menceritakan kejadian barusan kepadanya. Menanggapi hal tersebut, Rahib berkata, "Hai Putraku, engkau sekarang lebih utama daripada aku, perkaramu telah sampai pada apa yang aku lihat. Dan sesungguhnya engkau bakal diuji. Jika engkau benar-benar diuji maka janganlah engkau menunjukkan kepada aku."
Singkat cerita, maka jadilah Pemuda ini sebagai orang yang bisa menyembuhkan buta bawaan, sopak, dan mengobati orang-orang dari semua penyakit (dengan izin Allah).
Suatu ketika, ada seorang buta yang mendengar tentang hal ini. Si buta ini adalah teman dekat Raja. Dia lalu mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang melimpah. Si Buta berkata, "Semua yang ada di sini adalah untukmu jika kamu bisa menyembuhkan aku."
Lalu si Pemuda tadi menanggapinya, "Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta'ala. Jika Anda beriman kepada Allah Ta'ala saya akan memohon kepada Allah, maka Dia pasti menyembuhkanmu."
Kemudian si Buta beriman kepada Allah, dan Allah membuatnya sembuh.
Orang yang tadinya buta itu kemudian mendatangi raja dan duduk menemaninya sebagaimana selama ini ia duduk menemani Raja. Sang Raja melihat dia sudah tidak buta lagi. Kemudian bertanya, "Siapa yang telah mengembalikan kebutaanmu ini?"
"Tuhanku dan Tuhan Anda adalah Allah" jawab teman Raja itu.
Akibat perkataannya itu sang Raja menghukum dan terus menyiksanya, sampai ia menunjukkan tentang adanya seorang Pemuda. Akhirnya Pemuda itu pun didatangkan dan Raja berkata kepadanya, "Hai Putraku, sihirmu telah sampai pada tingkat menyembuhkan penyakit buta bawaan, sopak, dan engkau telah berbuat dan berbuat!"
Maka si Pemuda menjawabnya, "Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan siapa pun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta'ala." Akibat perkataannya itu, sang Raja menghukumnya dan terus menyiksanya, hingga ia memberitahu adanya seorang Rahib.
Akhirnya si Rahib didatangkan pula. Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Tapi si Rahib menolaknya.
Sehingga Raja memerintahkan untuk mengambil gergaji. Gergaji itu diletakkan di tengah kepalanya, lalu dibelahnya kepala itu, hingga robohlah kedua belahannya.
Kemudian teman dekat Raja yang sudah tidak buta itu dihadirkan lagi. Sang Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu itu!" Dia pun menolaknya. Maka gergaji diletakkan di tengah-tengah kepalanya, dan dia dibelah hingga roboh kedua belahannya itu.
Kemudian si Pemuda itu dihadirkan. Sang Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Sang Pemuda menolaknya. Sehingga sang Raja menyodorkan pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya. Sang Raja memerintahkan, "Pergilah, bawa ia ke gunung ini dan itu, dan jika kamu telah sampai pada puncaknya, maka jika ia meninggalkan agamanya, bebaskan dia. Tetapi jika tidak, maka lemparkan dia."
Sekelompok sahabat Raja tadi membawa pemuda itu ke pergi ke puncak gunung. Pemuda itu pun berdo'a, "Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Lalu tiba-tiba gunung bergetar, menggoncang para sahabat Raja dan mereka berjatuhan.
Akhirnya Pemuda tersebut berjalan menuju Raja. Raja heran dan bertanya kepadanya, "Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?"
"Allah ta'ala telah mencukupi aku terhadap mereka" jawab Pemuda itu.
Akhirnya sang Raja menyerahkan Pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya lagi. Dia memerintahkan, "Bawalah dia dan naikkan dia di atas sebuah perahu hingga ke tengah laut. Jika dia meninggalkan agamanya, maka lepaskan. Jika tidak, maka ceburkan dia."
Maka sekonyong-konyong para sahabat Raja itu membawanya. Si Pemuda ini lalu berdoa lagi, "Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Maka tiba-tiba kapal pun terbalik dan mereka mati tenggelam.
Pemuda ini lalu berjalan lagi mendatangi Raja. Raja terheran-heran lagi, dan dia bertanya, "Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?"
Si Pemuda menjawabnya, "Allah Ta'ala telah mencukupi aku terhadap mereka." Lantas Pemuda ini berkata lagi, "Sesungguhnya Anda tidak bisa membunuh saya hingga Anda mau mengerjakan apa yang saya perintahkan kepada Anda."
"Apa itu?" tanya Raja.
"Anda kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang, dan Anda salib saya di atas pohon korma. Kemudian ambillah satu anak panah dari tempat penyimpanan anak panah saya. Kemudian letakkan anak panah tepat pada tengah-tengah busur, kemudian ucapkanlah: 'Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya Pemuda ini'. Kemudian panahlah saya. Maka sesungguhnya jika Anda melakukan hal tersebut maka Anda pasti bisa membunuh saya", jawab Pemuda itu dengan rinci.
Akhirnya sang Raja menuruti saran Pemuda itu. Dia kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang. Dia juga menyalib Pemuda itu di atas batang pohon korma. Kemudian dia ambil satu anak panah dari kantongnya, dia letakkan di tengah-tengah busur panah, dan dia mengucapkan, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya pemuda ini." Kemudian dia bidikkan anak panah itu kepadanya. Anak panah itu tepat mengenai pelipis Pemuda itu. Si Pemuda meletakkan tangannya pada pelipisnya, kemudian dia meninggal.
Dari peristiwa itu, ternyata orang-orang banyak yang mengatakan, "Kami beriman dengan Tuhannya pemuda ini."
Sang Raja diberitahu tentang kondisi tersebut. Dia menerima laporan seperti ini: "Apakah Anda melihat apa yang dulu Anda khawatirkan? Orang-orang telah beriman."
Sang Raja lalu memerintahkan menggali parit di mulut-mulut jalan yang ada di antara rumah-rumah. Parit pun di gali dan api dikobarkan di dalamnya.
Raja berkata, "Siapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkan ia ke dalamnya!" Sehingga setiap orang yang tidak mau keluar dari agamanya, diperintahkan oleh Raja: "Masuklah (ke dalam parit)!"
Mereka melakukan hal tersebut terus menerus hingga datang seorang wanita. Bersama wanita ini juga ada seorang pemuda cilik miliknya. Wanita itu enggan untuk menceburkan diri ke dalam api. Maka si pemuda cilik tersebut berkata kepadanya, "Ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada di atas yang benar."
HIKMAH
Demikianlah sebuah kisah nyata yang disampaikan dari Rasulullah SAW. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dalam kisah ini. Di antaranya, bahwa pengorbanan nyawa seorang pemuda, justru telah menjadikan masyarakat luas ikut beriman kepada Allah. Pengorbanannya, keistiqomahannya, kesabarannya, dan iman pemuda itu kepada Allah hingga nyawa taruhannya, bahkan turut menjadikan seorang anak cilik beriman kepada Allah, dan si cilik itu meneguhkan pendirian ibunya. Subhanallah. Sungguh luar biasa pengorbanan di jalan Allah. "Gugur satu tumbuh seribu"...
Maraji' : Hadits Riwayat Bukhari
Ketika dalam perjalanan, pemuda yang diutus itu menjumpai seorang Rahib (seorang Nasrani yang ahli ibadah). Lalu pemuda itu duduk di hadapan sang Rahib dan mendengarkan ucapannya. Ternyata Pemuda ini terkesan dengan perkataan sang Rahib.
Akhirnya, setiap kali pemuda ini ingin menemui si Tukang Sihir, ia selalu menemui si Rahib dahulu untuk duduk kepadanya. Setelah itu barulah dia menemui si Tukang Sihir. Dan setiap kali dia bertemu si Tukang Sihir, pemuda ini selalu dipukul karena selalu terlambat. Terlambat gara-gara selalu menemui si Rahib dalam perjalanan.
Karena selalu dipukul, pemuda ini melaporkannya kepada si Rahib. Rahib lalu menanggapinya, "Kalau kamu takut tukang sihir, maka katakanlah: 'Saya tertahan oleh keluarga saya', dan apabila kamu takut pada keluargamu, maka katakanlah: 'Saya tertahan oleh Tukang Sihir.'"
Nah, pada suatu hari Pemuda ini memergoki seekor binatang besar yang merintangi orang banyak. Lalu dia berkata, "Hari ini saya akan mengetahui, tukang sihir yang lebih afdhal ataukah rahib yang lebih afdhal?"
Lalu dia ambil sebuah batu dan berdoa, "Ya Allah, jikalau perkara sang Rahib yang lebih Engkau cintai daripada perkara tukang sihir, maka bunuhlah hewan ini sehingga orang-orang bisa berlalu."
Kemudian dia lemparkan batu itu dan berhasil membunuhnya. Sehingga orang lain pun dapat meneruskan perjalanan.
Akhirnya, Pemuda ini mendatangi Rahib dan menceritakan kejadian barusan kepadanya. Menanggapi hal tersebut, Rahib berkata, "Hai Putraku, engkau sekarang lebih utama daripada aku, perkaramu telah sampai pada apa yang aku lihat. Dan sesungguhnya engkau bakal diuji. Jika engkau benar-benar diuji maka janganlah engkau menunjukkan kepada aku."
Singkat cerita, maka jadilah Pemuda ini sebagai orang yang bisa menyembuhkan buta bawaan, sopak, dan mengobati orang-orang dari semua penyakit (dengan izin Allah).
Suatu ketika, ada seorang buta yang mendengar tentang hal ini. Si buta ini adalah teman dekat Raja. Dia lalu mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang melimpah. Si Buta berkata, "Semua yang ada di sini adalah untukmu jika kamu bisa menyembuhkan aku."
Lalu si Pemuda tadi menanggapinya, "Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta'ala. Jika Anda beriman kepada Allah Ta'ala saya akan memohon kepada Allah, maka Dia pasti menyembuhkanmu."
Kemudian si Buta beriman kepada Allah, dan Allah membuatnya sembuh.
Orang yang tadinya buta itu kemudian mendatangi raja dan duduk menemaninya sebagaimana selama ini ia duduk menemani Raja. Sang Raja melihat dia sudah tidak buta lagi. Kemudian bertanya, "Siapa yang telah mengembalikan kebutaanmu ini?"
"Tuhanku dan Tuhan Anda adalah Allah" jawab teman Raja itu.
Akibat perkataannya itu sang Raja menghukum dan terus menyiksanya, sampai ia menunjukkan tentang adanya seorang Pemuda. Akhirnya Pemuda itu pun didatangkan dan Raja berkata kepadanya, "Hai Putraku, sihirmu telah sampai pada tingkat menyembuhkan penyakit buta bawaan, sopak, dan engkau telah berbuat dan berbuat!"
Maka si Pemuda menjawabnya, "Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan siapa pun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta'ala." Akibat perkataannya itu, sang Raja menghukumnya dan terus menyiksanya, hingga ia memberitahu adanya seorang Rahib.
Akhirnya si Rahib didatangkan pula. Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Tapi si Rahib menolaknya.
Sehingga Raja memerintahkan untuk mengambil gergaji. Gergaji itu diletakkan di tengah kepalanya, lalu dibelahnya kepala itu, hingga robohlah kedua belahannya.
Kemudian teman dekat Raja yang sudah tidak buta itu dihadirkan lagi. Sang Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu itu!" Dia pun menolaknya. Maka gergaji diletakkan di tengah-tengah kepalanya, dan dia dibelah hingga roboh kedua belahannya itu.
Kemudian si Pemuda itu dihadirkan. Sang Raja berkata kepadanya, "Tinggalkan agamamu!" Sang Pemuda menolaknya. Sehingga sang Raja menyodorkan pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya. Sang Raja memerintahkan, "Pergilah, bawa ia ke gunung ini dan itu, dan jika kamu telah sampai pada puncaknya, maka jika ia meninggalkan agamanya, bebaskan dia. Tetapi jika tidak, maka lemparkan dia."
Sekelompok sahabat Raja tadi membawa pemuda itu ke pergi ke puncak gunung. Pemuda itu pun berdo'a, "Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Lalu tiba-tiba gunung bergetar, menggoncang para sahabat Raja dan mereka berjatuhan.
Akhirnya Pemuda tersebut berjalan menuju Raja. Raja heran dan bertanya kepadanya, "Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?"
"Allah ta'ala telah mencukupi aku terhadap mereka" jawab Pemuda itu.
Akhirnya sang Raja menyerahkan Pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya lagi. Dia memerintahkan, "Bawalah dia dan naikkan dia di atas sebuah perahu hingga ke tengah laut. Jika dia meninggalkan agamanya, maka lepaskan. Jika tidak, maka ceburkan dia."
Maka sekonyong-konyong para sahabat Raja itu membawanya. Si Pemuda ini lalu berdoa lagi, "Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Maka tiba-tiba kapal pun terbalik dan mereka mati tenggelam.
Pemuda ini lalu berjalan lagi mendatangi Raja. Raja terheran-heran lagi, dan dia bertanya, "Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?"
Si Pemuda menjawabnya, "Allah Ta'ala telah mencukupi aku terhadap mereka." Lantas Pemuda ini berkata lagi, "Sesungguhnya Anda tidak bisa membunuh saya hingga Anda mau mengerjakan apa yang saya perintahkan kepada Anda."
"Apa itu?" tanya Raja.
"Anda kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang, dan Anda salib saya di atas pohon korma. Kemudian ambillah satu anak panah dari tempat penyimpanan anak panah saya. Kemudian letakkan anak panah tepat pada tengah-tengah busur, kemudian ucapkanlah: 'Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya Pemuda ini'. Kemudian panahlah saya. Maka sesungguhnya jika Anda melakukan hal tersebut maka Anda pasti bisa membunuh saya", jawab Pemuda itu dengan rinci.
Akhirnya sang Raja menuruti saran Pemuda itu. Dia kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang. Dia juga menyalib Pemuda itu di atas batang pohon korma. Kemudian dia ambil satu anak panah dari kantongnya, dia letakkan di tengah-tengah busur panah, dan dia mengucapkan, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya pemuda ini." Kemudian dia bidikkan anak panah itu kepadanya. Anak panah itu tepat mengenai pelipis Pemuda itu. Si Pemuda meletakkan tangannya pada pelipisnya, kemudian dia meninggal.
Dari peristiwa itu, ternyata orang-orang banyak yang mengatakan, "Kami beriman dengan Tuhannya pemuda ini."
Sang Raja diberitahu tentang kondisi tersebut. Dia menerima laporan seperti ini: "Apakah Anda melihat apa yang dulu Anda khawatirkan? Orang-orang telah beriman."
Sang Raja lalu memerintahkan menggali parit di mulut-mulut jalan yang ada di antara rumah-rumah. Parit pun di gali dan api dikobarkan di dalamnya.
Raja berkata, "Siapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkan ia ke dalamnya!" Sehingga setiap orang yang tidak mau keluar dari agamanya, diperintahkan oleh Raja: "Masuklah (ke dalam parit)!"
Mereka melakukan hal tersebut terus menerus hingga datang seorang wanita. Bersama wanita ini juga ada seorang pemuda cilik miliknya. Wanita itu enggan untuk menceburkan diri ke dalam api. Maka si pemuda cilik tersebut berkata kepadanya, "Ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada di atas yang benar."
HIKMAH
Demikianlah sebuah kisah nyata yang disampaikan dari Rasulullah SAW. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dalam kisah ini. Di antaranya, bahwa pengorbanan nyawa seorang pemuda, justru telah menjadikan masyarakat luas ikut beriman kepada Allah. Pengorbanannya, keistiqomahannya, kesabarannya, dan iman pemuda itu kepada Allah hingga nyawa taruhannya, bahkan turut menjadikan seorang anak cilik beriman kepada Allah, dan si cilik itu meneguhkan pendirian ibunya. Subhanallah. Sungguh luar biasa pengorbanan di jalan Allah. "Gugur satu tumbuh seribu"...
Maraji' : Hadits Riwayat Bukhari
Rabu, 25 Agustus 2010
Anak Dalam Mulut Singa
Tema
kisah motivasi
Muhammad bin Bakr Al Khuza'i meriwayatkan: ada seorang wanita yang mempunyai anak lelaki, lalu anak itu hilang lama sekali, dan wanita itu telah putus asa dalam mencarinya, pada suatu hari wanita itu duduk dan makan, ketika dia baru membelah rotinya dan akan memasukkan ke mulutnya, datanglah seorang pengemis meminta makan, maka wanita itu mengurungkan niatnya memakan roti dan memberikan serta bersedekah dengan roti itu semuanya kepada pengemis itu, maka dia menjalani malam dan siang harinya dalam keadaan lapar.
Setelah berlalu beberapa hari, datanglah anaknya. Anaknya menceritakan kepada ibunya pengalaman yang mengerikan yang terjadi pada dirinya. Anak itu bercerita: pengalaman yang mengerikan itu terjadi ketika aku sedang melintasi hutan di daerah tertentu, tiba-tiba datanglah seekor singa, dia menerkamku di punggung keledai yang aku tunggangi. Singa itu menancapkan taringnya pada ransel yang aku bawa yang berisi pakaianku dan bekal. Tetapi taringnya yang besar itu tidak sampai ke badanku, hanya saja aku sangat ketakutan dan kebingungan yang membuat akalku tidak dapat berpikir, lalu singa itu menyeretku memasuki hutan yang ada di sana, lalu singa itu meletakkan aku untuk dimangsanya.
Tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang sangat besar badannya serta berbaju putih, dia mendekati singa itu dan menangkapnya tanpa mempergunakan senjata, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan membantingnya ke tanah, lalu dia berkata: "Bangunlah, sesuap dengan sesuap." Singa itupun berlari, kesadaranku kembali akupun mencari orang itu tetapi aku tidak menemukannya, kemudian aku duduk di tempatku beberapa saat sampai kekuatanku kembali, lalu aku periksa diriku dan tidak aku dapati luka sedikitpun, maka aku berjalan menyusul rombonganku, merekapun terkejut dan merasa takjub ketika melihatku, lalu aku menceritakan kejadian yang aku alami kepada mereka, tetapi aku tidak mengerti makna ucapan orang yang menolongku: "Sesuap dengan sesuap."
Sang ibupun mencocokkan kejadian itu. Ternyata saat itu bertepatan setelah dia membatalkan memakan roti lalu disedekahkan.
Setelah berlalu beberapa hari, datanglah anaknya. Anaknya menceritakan kepada ibunya pengalaman yang mengerikan yang terjadi pada dirinya. Anak itu bercerita: pengalaman yang mengerikan itu terjadi ketika aku sedang melintasi hutan di daerah tertentu, tiba-tiba datanglah seekor singa, dia menerkamku di punggung keledai yang aku tunggangi. Singa itu menancapkan taringnya pada ransel yang aku bawa yang berisi pakaianku dan bekal. Tetapi taringnya yang besar itu tidak sampai ke badanku, hanya saja aku sangat ketakutan dan kebingungan yang membuat akalku tidak dapat berpikir, lalu singa itu menyeretku memasuki hutan yang ada di sana, lalu singa itu meletakkan aku untuk dimangsanya.
Tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang sangat besar badannya serta berbaju putih, dia mendekati singa itu dan menangkapnya tanpa mempergunakan senjata, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan membantingnya ke tanah, lalu dia berkata: "Bangunlah, sesuap dengan sesuap." Singa itupun berlari, kesadaranku kembali akupun mencari orang itu tetapi aku tidak menemukannya, kemudian aku duduk di tempatku beberapa saat sampai kekuatanku kembali, lalu aku periksa diriku dan tidak aku dapati luka sedikitpun, maka aku berjalan menyusul rombonganku, merekapun terkejut dan merasa takjub ketika melihatku, lalu aku menceritakan kejadian yang aku alami kepada mereka, tetapi aku tidak mengerti makna ucapan orang yang menolongku: "Sesuap dengan sesuap."
Sang ibupun mencocokkan kejadian itu. Ternyata saat itu bertepatan setelah dia membatalkan memakan roti lalu disedekahkan.
Bejana Emas
Tema
al-Hadist,
kisah motivasi,
Renungan
Ambillah emas mu ini, karena sesungguhnya dulu aku cuma membeli tanah dari kamu dan tidak membeli emas" kata si pembeli sambil menyodorkan bejana berisi emas. "Tidak usah, dahulu saya menjual tanah itu berserta segala isi yang terkandung di dalamnya kepadamu". Jawab si penjual yang rupanya tak kalah jujur. Tanpa di sadari, si penjual dan si pembeli terus berdebat dan saling membenarkan yang mereka katakan. Mereka sama-sama merasa tak berhak memiliki bejana berisi emas itu.
Akhirnya mereka berdua mengadukan permasalahan tersebut kepada seorang hakim untuk sekedar memastikan siapa yang mempunyai hak atas bejana berisi emas itu. Setelah mendengar cerita tersebut, sang hakim pun merasa kagum akan kejujuran mereka berdua. Jarang sekali ada orang menolak kekayaan seperti itu.
Hakim tersebut kemudian bertanya, "Apakah setiap dari kalian berdua memiliki anak?". "Ya, bapak Hakim. Saya memiliki anak lelaki yang sudah dewasa," jawab si pembeli. Tak mau kalah, si penjual tanah lantas menimpali, "sama seperti dia, saya juga memiliki seorang anak perempuan yang sudah dewasa."
Setelah mendengar hal tersebut, hakim menjadi gembira karena menemukan jalan keluarnya yang adil bagi pihak penjual dan pembeli tanah. Kemudian si hakim pun memberikan keputusan, "Kalau begitu, nikahkan saja anak lelaki pembeli tanah dengan anak perempuan penjual tanah, dan berikanlah bejana berisi emas tersebut kepada mereka berdua agar bisa dimanfaatkan sebagai bekal masa depan". Akhirnya, mereka berdua dengan gembira menerima keputusan hakim tersebut dan menikahkan kedua anak itu.
Rasulullah SAW bersabda: "Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta" (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)
Akhirnya mereka berdua mengadukan permasalahan tersebut kepada seorang hakim untuk sekedar memastikan siapa yang mempunyai hak atas bejana berisi emas itu. Setelah mendengar cerita tersebut, sang hakim pun merasa kagum akan kejujuran mereka berdua. Jarang sekali ada orang menolak kekayaan seperti itu.
Hakim tersebut kemudian bertanya, "Apakah setiap dari kalian berdua memiliki anak?". "Ya, bapak Hakim. Saya memiliki anak lelaki yang sudah dewasa," jawab si pembeli. Tak mau kalah, si penjual tanah lantas menimpali, "sama seperti dia, saya juga memiliki seorang anak perempuan yang sudah dewasa."
Setelah mendengar hal tersebut, hakim menjadi gembira karena menemukan jalan keluarnya yang adil bagi pihak penjual dan pembeli tanah. Kemudian si hakim pun memberikan keputusan, "Kalau begitu, nikahkan saja anak lelaki pembeli tanah dengan anak perempuan penjual tanah, dan berikanlah bejana berisi emas tersebut kepada mereka berdua agar bisa dimanfaatkan sebagai bekal masa depan". Akhirnya, mereka berdua dengan gembira menerima keputusan hakim tersebut dan menikahkan kedua anak itu.
Rasulullah SAW bersabda: "Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta" (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)
Selasa, 03 Agustus 2010
Bersyukur Dan Berjuang
Tema
kisah motivasi
Alkisah, di beranda belakang sebuah rumah mewah, tampak seorang anak sedang berbincang dengan ayahnya. "Ayah, nenek dulu pernah bercerita kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar," tanya sang anak. "Apa betul begitu, Yah?"
Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak. Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri Yah. Lantas, Apakah Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah rendah dan susah begitu?"
Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apapun masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat untuk belajar dan bekerja, berjuang dan belajar lagi, hingga bisa berhasil seperti saat ini."
Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah dong?"Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa Kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"
"Lho kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serba susahlah yang membuat Ayah berhasil. Padahal aku dilahirkan dalam keluarga mampu, kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa dong. Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"
Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.
Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti papa mamaku hehehe."
Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas, siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang berlaku.
Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha, dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu, gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-citamu akan tercapai."
Pembaca yang budiman,
Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain sebagainya.
Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya, jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus tetap menyukurinya sambil terus belajar dan beriktiar lebih keras untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita! Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.
Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso
Sumber : www.daunlontar.com
Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak. Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri Yah. Lantas, Apakah Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah rendah dan susah begitu?"
Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apapun masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat untuk belajar dan bekerja, berjuang dan belajar lagi, hingga bisa berhasil seperti saat ini."
Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah dong?"Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa Kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"
"Lho kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serba susahlah yang membuat Ayah berhasil. Padahal aku dilahirkan dalam keluarga mampu, kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa dong. Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"
Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.
Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti papa mamaku hehehe."
Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas, siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang berlaku.
Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha, dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu, gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-citamu akan tercapai."
Pembaca yang budiman,
Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain sebagainya.
Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya, jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus tetap menyukurinya sambil terus belajar dan beriktiar lebih keras untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita! Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.
Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso
Sumber : www.daunlontar.com
Minggu, 01 Agustus 2010
Untuk Mawar Merah
Tema
Puisi Hati
Hatiku berguncang
Jiwaku kian melayang
Akalkupun kian tiada
Kehampaan dan kosong lah yg ada
Tidak ada yg salah antara kita
Tidak salah ada cinta
Tidak salah ada sayang
Hanya aku yg salah mengira
Taukah engkau?
Kau telah membuat jariku tersangkut
Tersangkut akan duri kecilmu
Tatkala kubelai lembut indahmu
Saat kukecup harum wangimu
Sebisa mungkin aku lari
sebisa mungkin aku pergi
Sebisa mungkin aku menjauh
Aku hanya ingin terlepas darimu
Sorry...
Keep be my red rose
That so aromatic for me
keep be right there
'Cause you never can be my white jasmine
Jiwaku kian melayang
Akalkupun kian tiada
Kehampaan dan kosong lah yg ada
Tidak ada yg salah antara kita
Tidak salah ada cinta
Tidak salah ada sayang
Hanya aku yg salah mengira
Taukah engkau?
Kau telah membuat jariku tersangkut
Tersangkut akan duri kecilmu
Tatkala kubelai lembut indahmu
Saat kukecup harum wangimu
Sebisa mungkin aku lari
sebisa mungkin aku pergi
Sebisa mungkin aku menjauh
Aku hanya ingin terlepas darimu
Sorry...
Keep be my red rose
That so aromatic for me
keep be right there
'Cause you never can be my white jasmine
Langganan:
Komentar (Atom)