Jika Bukan Kamu sendiri Yang mengalahkannya, Maka kamu sendiri yang akan terbunuh oleh Waktu

Sabtu, 19 Juni 2010

Perbedaan Persepsi

Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :
Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".

"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.

Jawab anak sulung : "Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut".

"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."

"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".

MORAL CERITA:
Kisah di atas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda. Jika kita melihat dengan sikap positif, maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses, tetapi jika kita melihat dengan sikap negatif, maka bisa juga kita terhanyut dengan adanya kesulitan itu.... Pilihan sikap positif maupun negatif ada di tangan Anda.

Anonim

Putri Qara

Diceritakan bahwa Putri Qara adalah istri saudagar kaya Amenhotep, berasal dari keluarga sederhana, tapi pintar, bijaksana dan berbudi pekerti yang baik. Karena ia berasal dari keluarga yang lebih miskin dibanding dengan suaminya, ia sering diperlakukan dengan tidak selayaknya, sampai suatu hari ia dan suaminya pergi ke desa nelayan dan melihat ada seorang nelayan yang miskin dan istrinya. Nelayan tersebut sangat miskin dan bahkan untuk membeli jala yang baru untuk mengganti jalanya yang robek pun ia tidak mampu. Istri nelayan tersebut adalah orang yang pemboros, malas dan suka berjudi, seluruh penghasilan suaminya digunakannya untuk berfoya-foya.

Melihat kenyataan seperti itu, Putri Qara berkata kepada suaminya, bahwa seharusnya istri nelayan tersebut membantu memperbaiki jala suaminya. Amenhotep, menentang pendapat istrinya, mereka berdebat, sehingga Amenhotep marah dan kemudian memanggil nelayan miskin tersebut. Amenhotep menukarkan Putri Qara dengan istri nelayan tersebut.

Putri Qara sedih karena terhina, suaminya memperlakukan seolah-olah dia adalah barang yang bisa dipertukarkan semaunya. Sang nelayan tertegun dan tidak berani membantah, karena Amenhotep terkenal kejam dan sadis karena kekayaannya.

Putri Qara rajin membantu suaminya yang baru dalam bekerja. Karena kepandaian dan kebijaksanaan Putri Qara, lambat laun sang nelayan menjadi kaya. Sampai suatu ketika ada seorang tua dengan baju compang-camping dan tidak terurus datang ke rumah Putri Qara, pelayan di rumah tersebut mengenalinya sebagai Amenhotep. Amenhotep kemudian melepas terompahnya dan meletakkan di meja kecil di sudut rumah Putri Qara. Oleh pelayan, terompah tersebut diberikan pada Putri Qara dan menceritakan kondisi pemiliknya, sang Putri mengenali terompah tersebut dan memerintahkan pelayannya untuk memberikan pada Amenhotep baju baru, terompah baru dan 3 keping uang emas ditambah pesan : “Aku tidak diwarisi kekayaan tetapi budi pekerti, kebijaksanaa dan kemauan untuk bekerja”.

Amenhotep menerima pemberian itu dengan penyesalan akan tindakannya di masa lalu, karena egonya dia menukar istrinya yang baik dan bijaksana dengan seorang wanita yang hanya bisa menghamburkan harta suaminya.

*Cerita tersebut sederhana, tapi menyentuh karena ternyata begitu besar pengaruh seorang istri untuk suaminya.

Oleh karenanya, hai wanita dampingi dan dukunglah pria dengan bijaksana, dan hai pria perlakukanlah wanita dengan penuh kasih, karena pada setiap pria yang sukses pasti terdapat seorang wanita yang mendukungnya dengan bijaksana.

[ emotivasi.com ]

Rabu, 16 Juni 2010

BUAH CINTA BERASAS TAKWA

Kisah indah percintaan seorang tabi’in mulia, namanya Mubarak.

Dulu Mubarak adalah seorang budak. Tuannya memerdekakannya karena keluhuran pekerti dan kejujurannya. Setelah merdeka Mubarak bekerja sebagai penjaga kebun pada seorang kaya raya yang memiliki kebun delima yang cukup luas.

Suatu hari pemilik kebun itu memerintahkan Mubarak untuk memetikan buah delima yang manis dan masak.

Mubarak bergegas ke kebun untuk memetikan beberapa buah dan segera membawanya pada Tuannya. Majikannya mencoba delima itu satu per satu, namun tak satupun dari buah delima yang di petik oleh Mubarak terasa manis dan masak.

Pemilik kebun itu menjadi gusar dan berkata, “apakah kau tidak dapat membedakan mana yang masak dan belum masak, yang manis dan yang kecut?”

Mubarak berkata, “maafkan saya Tuan, saya sama sekali belum pernah merasakan delima. Bagaimana saya bisa merasakan yang manis dan yang kecut?”

Pemilik kebun marah karena merasa dipermainkan dan berkata, “sekian tahun kerja disini dan menjaga kebun delima yang luas dan telah berpuluh kali panen ini dan kau bilang belum pernah merasakan delima!”

Mubarak berkata, “Demi Allah Tuan, saya tidak pernah mencicipi satu butir buah delima pun. Bukankah Anda hanya memerintahkan saya menjaganya dan tidak memberi izin pada saya untuk mencicipinya?”

Pemilik kebun tersentak mendengar ucapan Mubarak, ia lalu pergi bertanya pada teman-teman dan tetangga di sekitaranya, tentang kebenaran ucapan Mubarak. Teman-teman dan tetangga nya mengakui kejujuran Mubarak.

Kejadian itu membuat hati sang pemilik kebun kagum dengan kejujuran Mubarak. Untuk meyakinkan dirinya, sekali lagi ia memanggil Mubarak dan meminta Mubarak memberikan alasan yang bisa ia terima.

Saat pertama kali aku datang untuk bekerja Tuan mengatakan tugas ku hanya menjaga, itu akadnya. Tuan tidak mengatakan aku boleh merasakan delima. Selama ini aku hanya menjaga agar perutku tidak dimasuki makanan yang syubhat apalagi haram. Meskipun delima itu jatuh ke tanah. Sebab itu bukan milik ku, tidak halal bagiku. Kecuali pemiliknya mengizinkan aku untuk memakannya.

Pemilik kebun sangat terharu mendengar jawaban Mubarak dan kemudian berkata, “Mubarak aku memiliki seorang anak perempuan. Menurutmu aku harus mengawinkan dengan siapa?”

Mubarak menjawab: ‘Orang-orang Yahudi mengawinkan anaknya dengan seseorang karena harta, Orang Nasrani karena keindahannya, Orang Arab karena nasab dan keturunannya. Sedangkan orang muslim mengawinkan anaknya pada seseorang karena Iman dan Takwanya. Anda tinggal memilih golongan yang mana? Dan kawinkanlah putrimu dengan orang yang kau anggap satu golongan dengan mu.’

Pemilik kebun berkata,’tak ada orang yang lebih bertakwa darimu.’

Akhirnya pemilik kebun itu mengawinkan putrinya yang cantik, cerdas, salehah dengan Mubarak
Dengan kejujuran dan ketakwaan Mubarak memperoleh nikmat yang agung dari Allah S.W.T. Ia hidup dalam Surga Cinta.

Buaya

Adalah seorang raja yang berkuasa di sebuah wilayah di Eropa, seorang raja yang terkenal pemberani dan disegani kawan maupun musuh-musuhnya. Sang raja memiliki seorang putri yang telah beranjak dewasa dan sudah saatnya menikah, namun yang
diinginkannya adalah seorang menantu yang pemberani
seperti dirinya.

Raja mengumpulkan para penasehatnya dan disepakati mengadakan sayembara untuk mendapatkan seorang pemuda yang gagah dan pemberani. Sayembara berenang menyeberangi sungai yang
ada didepan benteng kerajaan yang didalamnya diisi banyak buaya yang dalam sebulan dibiarkan kelaparan agar menjadi sangat ganas.

Diumumkanlah sayembara ini ke seluruh rakyatnya dan saat hari yang ditentukan tiba, mulailah berdatangan para pemuda dari segala penjuru negeri, kemudian sang raja keluar dan berdiri diatas kastilnya serta mengangkat bendera tanda dimulainya sayembara itu. Namun hingga dua jam lamanya tak ada seorang pun yang berani terjun ke sungai yang penuh dengan buaya itu. Raja mulai gelisah dan kecewa karena merasa akan gagal mendapatkan seorang pemberani dari kalangan rakyatnya.

Ketika matahari mulai meninggi, ada sekelompok pemuda datang dan ikut merangsek di kerumunan massa ditepian sungai dan bertanya-tanya ada apa gerangan. Setelah mendapat penjelasan dari orang-orang yang ada disana merekapun hanya manggut-manggut seraya mengamati beberapa ekor buaya yang ada di sungai itu
dan saling tunjuk tanpa seorangpun berani mengikuti sayembara itu.

Ketika sebagian orang mulai meninggalkan sungai itu, tiba-tiba dikejutkan dengan suara seseorang terjun ke sungai, rupanya salah seorang pemuda yang baru datang itu terjun ke sungai dan berenang menuju seberang dengan kecepatan tinggi menghindari kejaran beberapa ekor buaya yang berusaha mendekatinya.

Akhirnya pemuda itu berhasil selamat hingga seberang dan disambut dengan tepuk tangan meriah dan sang raja segera turun menyambut si pemuda itu dengan gembira. Setelah diperkenalkan dengan putrinya, sang raja sepakat menyelenggarakan pesta pernikahan besar-besaran dan meriah selama tujuh hari tujuh malam.

Di tengah-tengah pesta pernikahan, datang pula para sahabat si pemuda pemberani ini memberikan selamat, mereka sungguh bangga memiliki seorang kawan yg kini adalah seorang menantu raja. Sambil memberikan ucapan selamat mereka tak henti-hentinya memuji keberanian si pemuda ini. Namun tiba-tiba saja si pemuda ini mengajak ke lima orang sahabatnya itu keluar dari ruang pesta dan dengan wajah kecut bertanya dengan nada menghardik..

“Hey kalian semua, ayo katakan… siapa diantara kalian yang waktu itu mendorong saya terjun ke sungai ?!, Asal tahu ya.. hampir saja saya mati dimakan buaya!!”


“Andai saja seseorang mampu membangunkan raksasa yang ada didalam dirinya, maka ia tak perlu menunda kesuksesan hanya karena menunggu orang lain yang menggerakkannya”

Benih Kesuksesan sebetulnya ada pada diri setiap orang. Benih sukses itu sudah dibawa sejak lahir. Apabila selalu dipupuk dan dipelihara diladang yang bagus, maka benih itu akan terus tumbuh dan tumbuh makin berkembang. Namun, sebaliknya, apabila benih itu tumbuh di ladang yang kurang baik atau tidak baik, dan tidak dipupuk, benih itu lama kelamaan akan menjadi layu. Semuanya tergantung pada anda, “petani” dan pemilik benih itu. Apakah mau terus dipupuk dan ditempatkan di ladang yang baik? Apakah selalu dibersihkan dari hama-hama wereng?

Sumber : Anton Huang